Terang Cinta Ilahi

Rabu, 27 April 2022 – Hari Biasa Pekan II Paskah

71

Yohanes 3:16-21

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak tampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.”

***

Sejak dahulu kala, orang selalu berusaha untuk menciptakan terang agar bisa beraktivitas di malam hari. Contohnya api unggun, obor, pelita, sampai lampu listrik. Itu dilakukan sebab hanya di dalam terang, kita bisa melihat. Sebaliknya, di dalam gelap, kita menjadi buta.

Hari ini Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Terang. Ia memaknai terang sebagai kebenaran; sedangkan kegelapan dimaknai sebagai kejahatan. Yesus menyadari bahwa dunia dikuasai oleh kejahatan. Oleh karena itu, Ia berada di tengah dunia sebagai Terang yang menghalau kegelapan. Ia mengundang kita untuk hidup di dalam terang walaupun Ia sendiri menyadari bahwa banyak orang masih suka tinggal di dalam kegelapan. Namun, Yesus tidak menyerah. Ia terus menyinari dunia sampai mati. Paskah sendiri adalah terang yang menghalau kegelapan. Kematian dan kebangkitan Yesus menghancurkan kejahatan dan dosa.

Yesus menyatakan dengan jelas bahwa Ia menjadi Terang karena Allah Bapa mencintai dunia ini. Kejahatan dan dosa dunia tidak menghentikan cinta-Nya. Cinta Bapa itu kekal, bukan sementara. Ketika kita jatuh ke dalam dosa, Allah selalu mencari cara untuk menyelamatkan kita. Oleh karena itu, Ia mengutus Kristus ke dalam dunia. Kita sudah sering mendengar tentang hal itu. Namun, apakah kita sungguh memaknai dan meresapinya di dalam hati bahwa Allah menyelamatkan karena Ia mencintai kita?

Saudara-saudari yang terkasih, cinta Allah yang demikian besar hendaknya mendorong kita untuk tinggal di dalam terang. Hanya di dalam Kristus kita akan melihat kebenaran dengan jelas. Kalau kita masih berada dalam bayang-bayang kegelapan, mari kita melepaskan diri darinya. Kalau kita sudah hidup dalam kebenaran, mari kita berkomitmen untuk membawa terang bagi orang-orang di sekitar kita.