Berpegang pada Yesus

Selasa, 19 April 2022 – Hari Selasa dalam Oktaf Paskah

93

Yohanes 20:11-18

Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” Kata Yesus kepadanya: “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: “Rabuni!”, artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: “Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.

***

Maria Magdalena berdiri di dekat kubur Yesus sambil menangis karena dia tidak tahu apa yang terjadi dengan tubuh suci Tuhannya. Yesus tiba-tiba muncul dan memanggil namanya, “Maria!” Mendengar sapaan itu, di tengah kesedihan dan kebingungannya, Maria Magdalena berteriak, “Rabuni!” Yesus kemudian mengingatkan Maria supaya jangan memegang-Nya.

Mengapa Yesus melarang hal itu? Kita dapat membayangkan bahwa saat itu adalah momen yang sangat emosional bagi Maria Magdalena. Dia sebelumnya menyaksikan seluruh proses penyaliban. Dia mengenal Yesus dengan baik dan sangat mengasihi Dia. Maria menyaksikan Yesus mati, tetapi sekarang tiba-tiba hidup dan ada di hadapannya. Perasaannya pasti sangat luar biasa.

Yesus tidak sedang melarang ketika Dia menyuruh Maria untuk tidak memegang-Nya. Ia sebenarnya hendak memberikan nasihat dan arahan yang indah dalam perjalanan spiritual Maria, khususnya dalam relasinya dengan Yesus. Hubungan mereka telah berubah dan semakin mendalam. Yesus mengingatkan Maria untuk tidak memegang-Nya karena: “Aku belum pergi kepada Bapa.” Pada saat itu, hubungan Maria dengan Yesus berada pada tingkat manusia. Maria telah menghabiskan banyak waktu bersama-Nya, berada di dekat-Nya secara fisik, dan mencintai-Nya dengan hati manusiawinya.

Namun, Yesus menginginkan lebih. Yesus menghendaki agar dia, dan kita semua, mengasihi-Nya secara ilahi. Dia akan segera pergi kepada Bapa, dan dari takhta surgawi-Nya, Dia akan kembali untuk memulai hubungan baru dengan Maria dan dengan kita semua. Dari takhta-Nya di surga, Dia bisa memasuki jiwa manusia. Dia bisa masuk ke dalam persekutuan yang baru dan yang jauh lebih dalam. Dia bisa tinggal di dalam kita dan kita di dalam Dia. Dia bisa menjadi satu dengan kita.

Dengan melepaskan aspek yang lebih bersifat manusiawi dan emosional dalam hubungannya dengan Yesus, Maria dapat segera mengalami Yesus yang sudah bangkit. Ini adalah persekutuan ilahi, dan kita semua dipanggil untuk sampai pada persekutuan ini. Hari ini, kita diajak untuk merenungkan seberapa besar kedekatan kita pada Yesus. Dia sudah bangkit dan kita dapat mengalami buah-buah penuh dari kebangkitan. Kita, bersama Maria, sekarang dapat memegang-Nya di dalam hati kita karena Dialah yang terutama memegang kita.