Tulus dalam Melayani Tuhan

Senin, 11 April 2022 – Hari Senin dalam Pekan Suci

215

Yohanes 12:1-11

Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Maka kata Yesus: “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.”

Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.

***

Enam hari sebelum Paskah, Yesus sempat mampir di rumah Marta, Maria, dan Lazarus. Lazarus ini sebelumnya pernah mati, tetapi lalu dibangkitkan oleh Yesus. Menyambut kedatangan Yesus, Marta sibuk melayani Dia dan murid-murid-Nya, sementara Maria mengambil setengah liter minyak narwastu yang murni dan mahal harganya. Dengan minyak yang mahal itu, Maria mengurapi kaki Yesus, lalu menyekanya dengan rambutnya. Ketika Yudas Iskariot melihat hal itu, ia mengkritiknya sebagai pemborosan. Menurut Yudas, minyak itu dapat dijual dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin.

Yudas mengatakan bahwa minyak narwastu itu harganya tiga ratus dinar. Ini sangat mahal, sebab umumnya upah harian seorang pekerja saat itu adalah satu dinar (bdk. Mat. 20:2). Tiga ratus dinar dengan demikian hampir setara dengan upah seorang buruh harian selama satu tahun! Tentu saja minyak semahal itu sangat sayang kalau dihabiskan hanya untuk mengurapi kaki, sehingga sekilas yang dikatakan Yudas Iskariot benar dan masuk akal. Namun, penginjil Yohanes memberi catatan yang mengungkapkan motivasi Yudas yang sesungguhnya. Nasib orang miskin tidak menjadi perhatian Yudas, sebab dia ini seorang pencuri. Ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.

Berbeda dengan Yudas, Yesus sendiri berkenan dengan tindakan Maria. Menanggapi protes Yudas, Yesus berkata, “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.” Pengabdian dan pelayanan kepada Tuhan tidak bisa dinilai dengan materi. Yesus pertama-tama melihat ketulusan pelayanan yang diberikan Maria bagi diri-Nya, bukan nilai barang yang diberikan kepada-Nya. Yesus tahu bahwa Maria telah berusaha memberikan yang terbaik. Berbeda halnya dengan Yudas Iskariot. Ia mengutamakan kepentingan dirinya sendiri, alih-alih tulus dalam melayani Yesus dan komunitasnya.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga telah berusaha melayani dengan tulus dan tidak berusaha memperkaya diri sendiri? Semoga ketulusan Maria ini menjadi semangat kita juga, yang kita wujudkan dalam tugas-tugas pelayanan kita.