Mengutamakan Keselamatan Jiwa

Kamis, 24 Februari 2022 – Hari Biasa Pekan VII

174

Markus 9:41-50

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.”

“Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut. Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung daripada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, daripada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka;

[di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.]

Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.

Karena setiap orang akan digarami dengan api.

Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya?

Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.”

***

Ketika menghadiri upacara kematian, kita pasti selalu kembali disadarkan bahwa tidak ada satu pun yang kekal di dunia ini. Semua hanya sementara saja; tidak seorang pun yang tidak akan mati. Dunia hanya tempat persinggahan sementara. Pepatah Jawa mengatakan: “Dunia ini hanya tempat untuk singgah minum sebentar.” Karena itu, tidak ada hal duniawi yang perlu dipertahankan mati-matian, sebab semuanya akan berlalu. Yang menjadi tujuan akhir kita hendaknya bukan kehidupan di dunia ini, melainkan kehidupan kekal setelah kematian.

Hari ini Yesus mengingatkan kita tentang kehidupan. Kehidupan yang dimaksudkan-Nya bukanlah kehidupan di dunia yang bersifat sementara, melainkan kehidupan kekal. Diawali dengan pernyataan bahwa orang yang memberikan air minum kepada pengikut Kristus tidak akan kehilangan upahnya, Yesus paling tidak menyampaikan tiga hal mengenai kehidupan kekal.

Pertama, orang yang mengikuti-Nya pasti akan mendapatkan kehidupan kekal. Mengikuti Yesus berarti mengimani bahwa Dialah Mesias yang menyelamatkan, mengakui iman itu dengan kata-kata, dan melaksanakannya dengan perbuatan. Iman kepada Yesus mesti ditunjukkan dengan kesaksian hidup.

Kedua, orang yang memberikan air minum kepada para pengikut Yesus juga akan memperoleh kehidupan kekal. Memberi air minum berarti menyembuhkan rasa haus dan memberi kesegaran kepada orang lain. Manusia tidak dapat hidup tanpa air, maka memberikan air minum berarti juga memberikan kehidupan. Ini berarti segala hal yang dilakukan untuk mendukung pertumbuhan iman kepada Yesus serta mendukung pengutusan Gereja akan memperoleh ganjaran dari Allah.

Ketiga, Yesus mengajak kita agar menjauhkan diri dan meninggalkan kesesatan. Dengan keras, Ia menegaskan bahwa tubuh hendaknya menjadi sarana keselamatan bagi jiwa. Lebih lagi kita harus bertanggung jawab bukan hanya untuk keselamatan jiwa kita sendiri, melainkan juga jiwa sesama. Jiwalah yang terutama, dan tubuh hendaknya menjadi tempat bagi jiwa yang akan diselamatkan.

Itu sebabnya Yesus melanjutkan dengan mengatakan: Buang saja bagian tubuh yang berpotensi menyesatkan kita! Lebih baik masuk ke dalam kehidupan kekal tanpa bagian tubuh yang menyesatkan itu daripada tubuh kita utuh tetapi masuk ke dalam kebinasaan. Namun, pernyataan Yesus ini mesti kita pahami secara tepat dan hati-hati. Itu sebenarnya merupakan penegasan agar kita memiliki kemampuan untuk mengendalikan semua anggota tubuh kita. Alih-alih dikendalikan oleh keinginan-keinginan yang tidak teratur yang berasal dari si jahat, hendaknya tubuh kita dikendalikan oleh Roh Allah yang ada di dalam diri kita.

Saudara-saudari terkasih, marilah kita senantiasa mengarahkan hidup kita bukan kepada kehidupan sementara di dunia ini, melainkan kepada kehidupan kekal yang telah dijanjikan Allah kepada para pengikut Yesus, Putra-Nya.