Lukas 7:24-30
Setelah suruhan Yohanes itu pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: “Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian indah dan yang hidup mewah, tempatnya di istana raja. Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih daripada nabi. Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu. Aku berkata kepadamu: Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorang pun yang lebih besar daripada Yohanes, namun yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar darinya.” Seluruh orang banyak yang mendengar perkataan-Nya, termasuk para pemungut cukai, mengakui kebenaran Allah, karena mereka telah memberi diri dibaptis oleh Yohanes. Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah terhadap diri mereka, karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes.
***
Pada suatu pagi di daerah Simpang Dua, Ketapang, saya berbicara dengan Romo Budi, seorang imam Keuskupan Ketapang. Saya bertanya kepadanya, “Romo, kira-kira apa yang dibutuhkan oleh umat Katolik di Keuskupan Ketapang?” Romo Budi menjawab, “Romo, yang dibutuhkan oleh umat hanya kepastian: Kepastian waktu untuk misa, kepastian kehadiran imam, kepastian sakramen, dan seterusnya. Kepastian ini menyangkut kehadiran kita untuk mereka.” Setelah perjumpaan itu, saya merenung dan mulai berpikir-pikir bentuk kepastian apa yang bisa saya berikan bagi umat di Keuskupan ketapang.
Bacaan Injil hari ini kiranya sejalan dengan kisah di atas. Yesus di sini menunjuk pada Yohanes Pembaptis dan memberi pertanyaan kepada orang banyak perihal motivasi mereka menjumpai Yohanes di padang gurun. Kehadiran Yohanes memang menarik perhatian orang-orang di sana. Namun, pertanyaan selanjutnya, apakah kehadirannya menggerakkan mereka untuk berubah menjadi lebih baik dan semakin mendekat pada Tuhan?
Yesus menghendaki agar inspirasi dari Yohanes menjadikan orang-orang berbuat seperti yang dilakukannya. Kita di dalam hidup sehari-hari mendengarkan kisah inspirasi dari begitu banyak orang. Kisah-kisah itu begitu bagus, tetapi yang paling penting adalah: Apakah kita sungguh berubah dan melakukan tindakan konkret setelah mendengarkannya?
Kisah tentang iman hendaknya hari ini menjadi “daging” di dalam hidup kita, alih-alih sekadar cerita yang diulang terus-menerus. Sebagai pendengar, kita wajib mewujudkan kisah itu secara nyata menjadi bagian dari diri dan hidup kita sehari-hari.