Matius 17:10-13
Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: “Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?” Jawab Yesus: “Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka.” Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis.
***
Kita semua mempunyai gambaran tertentu tentang Allah, yakni tentang pribadi-Nya, tentang cara-Nya bertindak, tentang kehendak-kehendak-Nya, dan sebagainya. Gambaran tersebut sering kali kita pegang erat-erat dan kita pandang sebagai kebenaran yang sifatnya mutlak. Akibatnya, ketika Allah bekerja dengan cara yang tidak kita bayangkan, dengan cara-cara yang mengejutkan dan tidak lazim, tidak jarang kita menjadi kecewa karena-Nya.
Yesus dalam bacaan Injil hari ini secara tidak langsung menyatakan bahwa Elia yang dahulu diangkat ke surga telah hadir kembali dalam diri Yohanes. Elia adalah nabi yang sangat luar biasa dalam Perjanjian Lama. Ia istimewa karena kehidupannya tidak berakhir dengan kematian, tetapi diangkat ke surga dengan cara yang ajaib. Sejak lama orang Yahudi punya keyakinan bahwa Elia akan datang kembali ke dunia untuk mendahului kedatangan Tuhan. Karena Elia dulu diangkat ke surga dengan cara yang spektakuler, kiranya mereka berharap bahwa ia akan datang kembali dengan cara yang spektakuler pula, mungkin dengan menaiki kereta berapi dalam suatu peristiwa yang menggelegar.
Tidak disangka-sangka, Elia ternyata datang dalam diri Yohanes, sehingga terkesan biasa-biasa saja. Lagi pula, alih-alih menyenangkan hati mereka, Yohanes ternyata menyerukan pertobatan, yang berarti menyatakan bahwa cara hidup mereka selama ini keliru. Karena itu, mereka merasa kecewa dan menolak kehadiran Yohanes. Yohanes bahkan kemudian ditangkap dan dibunuh karena menyuarakan kebenaran. Sikap ini sangat buruk dan menyedihkan. Elia yang dinanti-nantikan malah kemudian disingkirkan karena tidak sesuai dengan harapan.
Dalam konteks Masa Adven, bacaan Injil hari ini dapat dimaknai sebagai ajakan bagi kita untuk menghormati cara-cara Allah dalam menyapa umat-Nya. Ia tidak hanya bekerja dengan cara-cara yang hebat, dahsyat, dan luar biasa, tetapi juga secara wajar, alamiah, dan biasa-biasa saja. Dalam menyapa kita setiap hari, Allah bisa hadir melalui orang-orang yang kita jumpai, tetangga, sahabat, orang yang tidak kita kenal, bahkan orang yang tidak kita sukai. Melalui mereka, Ia memberkati dan meneguhkan kita, tetapi juga mengingatkan kalau kita melakukan kesalahan.
Karena itu, kalau ternyata Allah tidak membuat mukjizat atau melakukan hal-hal ajaib bagi kita, jangan kita kecewa karenanya. Berkat dari-Nya tetap disalurkan bagi kita dengan berbagai cara. Yang menjadi pertanyaan adalah: Maukah kita menyambut-Nya yang hadir dengan berbagai cara itu? Bersediakah kita mendengarkan suara-Nya yang disampaikan melalui sesama kita? Tentunya tidak semua suara yang kita dengar dalam keseharian adalah suara Tuhan. Suara-suara itu bercampur baur, sehingga kita perlu mengasah nurani agar mampu membedakan mana suara Tuhan dan mana suara dunia.