Menyongsong Kehadiran Tuhan dengan Pertobatan

Minggu, 5 Desember 2021 – Hari Minggu Adven II

133

Lukas 3:1-6

Dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene, pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun. Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu, seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.”

***

Hari ini kita memasuki Minggu Adven yang kedua. Menjelang kehadiran Tuhan yang semakin mendekat, bacaan Injil hari ini menampilkan sosok Yohanes Pembaptis, anak Zakharia, seorang nabi yang berseru-seru di padang gurun.

Bagi penginjil Lukas, karya pelayanan Yohanes sangat penting. Ini tampak dalam cara Lukas berkisah tentang Yohanes yang boleh dibilang sangat lengkap, penuh dengan hal-hal yang luar biasa, bahkan sejak keberadaannya dalam kandungan Elisabet, ibunya. Tampilnya Yohanes menandakan bahwa pewartaan kabar baik telah dimulai. Karena itu, panggilan kenabian Yohanes, yang terungkap dalam kalimat: “Datanglah firman Allah kepada Yohanes,” sama pentingnya dengan kelahiran sang Mesias.

Karya pelayanan Yohanes mempunyai karakter khusus. Dengan disebut sebagai “anak Zakharia”, kita semua diingatkan bahwa tentang Yohanes, Malaikat Gabriel dahulu berkata kepada Zakharia: “Ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya” (Luk. 1:16-17).

Demikianlah sebagai seorang nabi, Yohanes diutus untuk menyerukan pertobatan kepada umat Tuhan. Mereka semua diajak agar berbalik dari pikiran, sudut pandang, dan cara hidup yang lama, yang penuh dengan dosa, kepada pikiran, sudut pandang, dan cara hidup yang baru, yang sesuai dengan kehendak Allah. Lembah, gunung dan bukit, serta jalan yang berliku-liku di sini menjadi lambang hati manusia yang “tidak rata”, sehingga belum siap menerima kehadiran Tuhan. Berkat Yohanes, lembah itu akan ditimbun, gunung dan bukit itu akan diratakan, dan jalan yang berliku-liku itu akan diluruskan. Ia benar-benar sang nabi yang mempersiapkan orang agar layak bagi Allah.

Dari seruan Yohanes, kita semua bisa mengetahui apa yang harus kita lakukan dalam rangka menyambut kehadiran Tuhan. Alih-alih pesta, lampu kelap-kelip, baju baru, dan acara makan minum, kita diajak untuk merenung, melakukan introspeksi, dan akhirnya bertobat, sebab sebagai pribadi, kita masih penuh dengan kekurangan. Hati kita “belum rata” untuk menyambut kehadiran-Nya!

Lebih lagi, saat ini kita masih berada dalam suasana pandemi, di mana hidup banyak orang tengah didominasi oleh kesusahan dan dukacita. Tuhan hadir dalam keprihatinan, sehingga tidak pantas kiranya kalau kita sambut dengan hura-hura. Kehadiran-Nya memang akan membangkitkan sukacita, tetapi sukacita yang dimaksud adalah kalau kita oleh-Nya menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, pribadi yang berbelaskasihan terhadap sesama yang membutuhkan.

Saudara-saudari terkasih, Natal diawali dengan Adven, Yesus didahului oleh Yohanes Pembaptis, sehingga sukacita kita pun harus dimulai dengan pertobatan. Itulah tanggapan yang tepat dari orang beriman dalam rangka menyongsong kehadiran Tuhan.