Matius 23:27-32
“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu!”
***
Pada saat menulis refleksi untuk hari ini, saya mendengarkan berita bahwa sebelas ribu anak di Indonesia kehilangan orang tua karena Covid-19. Covid-19 mengambil nyawa manusia tanpa pandang bulu. Tua maupun muda, miskin maupun kaya, semua punya potensi untuk terpapar penyakit ini. Hidup manusia menjadi sesuatu yang rapuh dan rentan. Di hadapan Covid-19, kita seolah-olah tidak berdaya. Hari ini masih sehat, esok hari kita sudah merasa demam dan batuk, lusa saturasi oksigen mulai turun, dan minggu depan bisa jadi kita terbaring di rumah sakit dengan alat bantu pernapasan.
Yesus pada hari ini melanjutkan kritik-Nya terhadap orang Farisi dan ahli Taurat. Ia mengkritik kualitas hidup mereka yang setengah-setengah. Di luar, mereka terlihat baik, namun hati mereka penuh kemunafikan dan kejahatan. Dengan ini, Yesus mengundang manusia kepada kualitas hidup yang total, utuh, dan konsisten.
Kita mungkin pernah melihat seorang yang kelihatan saleh dan suka berdoa, tetapi pada saat yang sama suka memukuli istri dan anak-anaknya di rumah. Kita mungkin pernah melihat seorang yang aktif di Gereja dan tekun beribadah, tetapi pada saat yang sama suka menindas karyawan dan melakukan ketidakadilan di tempat kerja. Itu adalah contoh-contoh manusia dengan kualitas hidup yang setengah-setengah, penuh kebohongan dan kepalsuan.
Covid-19 mengingatkan kita semua: Seriuslah dengan hidupmu! Dihadapkan pada kerapuhan hidup manusia, baik apabila kita tidak menyia-nyiakan waktu yang ada. Kita diundang untuk membuat hidup kita menjadi sesuatu yang sungguh bermakna. Mari memohon rahmat agar kita memiliki hidup yang berkualitas, sehingga mampu menjadi saluran rahmat bagi sesama dan alam ciptaan.