Matius 19:3-12
Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: “Apakah diperbolehkan orang menceraikan istrinya dengan alasan apa saja?” Jawab Yesus: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Kata mereka kepada-Nya: “Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan istrinya?” Kata Yesus kepada mereka: “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan istrimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan istrinya, kecuali karena zina, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zina.” Murid-murid itu berkata kepada-Nya: “Jika demikian halnya hubungan antara suami dan istri, lebih baik jangan kawin.” Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Surga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.”
***
Matius memberi tahu kita agar membawa orang kepada Gereja dan sakramen-sakramennya (bdk. Mat. 28:19). Injil Matius adalah Injil gerejawi. Gereja oleh Matius dipahami bukan sebagai organisasi yang dingin, melainkan sebagai suatu struktur untuk merayakan misteri-misteri keselamatan dan mengajarkan maknanya. Gereja diperlukan agar orang-orang mempunyai tanda keselamatan yang tampak, komunitas tempat berlindung, dan tempat terjadinya keselamatan secara terus-menerus. Demikianlah, dalam pandangan Matius, penginjilan atau pewartaan adalah panggilan untuk menjadi bagian dari Gereja Yesus Kristus, di mana keselamatan akan dialami dalam perayaan sakramen dan pencerahan lewat katekese.
Namun, sepanjang sejarah senantiasa muncul hambatan dalam penginjilan, sebagaimana yang hari ini tampak dalam sosok orang-orang Farisi. Mereka menampilkan individualisme sebagai hambatan dalam pewartaan Injil. Dalam individualisme, orang-orang mengidentifikasi diri mereka dari segi fungsi (“saya adalah apa yang saya lakukan”) dan kepemilikan (“saya adalah apa yang saya miliki”). Status dan kekayaan adalah ilusi yang paling kuat.
Yesus berhadapan dengan hambatan semacam itu. Namun, Ia mempercayai nilai yang sangat mulia dari setiap orang sebagai citra Allah dan yang pantas menerima cinta serta keselamatan ilahi. Kabar Baik Kristus mengatakan bahwa jati diri manusia sejati adalah sebagai pribadi yang pantas menerima cinta Allah yang berlimpah, bukan karena apa yang mereka miliki dan apa yang mereka lakukan.
Diolah dari Alfred McBride, O.Praem, Images of Jesus (Jakarta: Obor, 2003).