Yesus Berjalan Bersama Kita

Senin, 9 Agustus 2021 – Hari Biasa Pekan XIX

209

Matius 17:22-27

Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” Maka hati murid-murid-Nya itu pun sedih sekali.

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: “Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?” Jawabnya: “Memang membayar.” Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: “Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?” Jawab Petrus: “Dari orang asing!” Maka kata Yesus kepadanya: “Jadi bebaslah rakyatnya. Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga.”

***

Yesus bersabda, “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” Mendengar itu, hati murid-murid-Nya sangat sedih.

Penderitaan manusia ada di mana-mana. Seorang kakek duduk di rumah seorang diri sehari setelah kematian istrinya. Seorang ibu ragu-ragu membuka pintu, takut mendapat berita bahwa putranya telah meninggal dalam pertempuran. Seorang ayah kehilangan pekerjaannya dan bingung bagaimana ia akan menghidupi keluarganya. Orang tua bertengkar dan anak-anak mereka ketakutan.

Kita tahu bahwa salib adalah lambang kesengsaraan dan kematian Yesus. Namun, salib adalah juga tindakan belas kasihan (compassion dari kata Latin yang berarti “menderita bersama”). Cerita dalam kitab Daniel menubuatkan kebenaran ini (Dan. 3). Berabad-abad yang lalu, orang Yehuda dibuang ke Babel. Raja Nebukadnezar yang bengis mendirikan patung dirinya di luar tembok kota. Orang-orang diharuskan menyembah patung sang raja seolah-olah ia adalah seorang dewa. Mereka yang melawan akan dicampakkan ke dalam tungku api.

Tiga orang buangan dari Yehuda menolak untuk menaati perintah itu. Mereka pun dilemparkan ke dalam api oleh para prajurit. Namun, hal yang aneh terjadi. Mereka dapat berjalan-jalan di dalam api tanpa terluka. Rambut mereka bahkan tidak hangus sedikit pun. Yang paling menakjubkan, ada “orang keempat” yang berjalan bersama mereka. “Orang keempat” itu adalah Allah.

Allah ingin berjalan bersama kita dalam penderitaan kita. Yesus melakukan ini dalam karya pelayanan-Nya dengan menyembuhkan hati, pikiran, dan badan kita. Namun, Ia mengetahui bahwa dalam hidup ini, kendati Ia bersama kita, kita masih akan mengalami penderitaan. Salib-Nya adalah pesan bagi kita bahwa Ia rela menanggung penderitaan kita, sehingga kita akan selalu menyadari bahwa Ia tahu bagaimana rasanya menderita. Ketika merenungkan salib, kita merasakan kebenaran janji-Nya.

Diolah dari Alfred McBride, O.Praem, Images of Jesus (Jakarta: Obor, 2003).