Yohanes 6:30-35
Maka kata mereka kepada-Nya: “Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari surga.”
Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari surga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari surga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari surga dan yang memberi hidup kepada dunia.” Maka kata mereka kepada-Nya: “Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa.” Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”
***
Hidup kita selalu akrab dengan tanda. Kita membutuhkan tanda yang membantu interaksi dalam kehidupan pribadi dan sosial, juga dengan Yang Ilahi. Karena itu, manusia dan tanda adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Hari ini orang banyak meminta tanda kepada Yesus agar mereka percaya kepada-Nya. Jawaban singkat Yesus membuat mereka heran, sebab Yesus mengatakan bahwa Dia adalah roti hidup. Mengapa harus roti, bukan minuman atau tanda lain? Roti di sini dipandang sebagai bahan makanan pokok yang harus dipenuhi oleh seseorang agar tetap bisa bertahan hidup. Dengan memperkenalkan diri sebagai roti hidup, Yesus ingin mengajarkan tentang keselamatan secara nyata yang akan diterima oleh manusia. Roti hidup menggambarkan pribadi Yesus yang mampu memberi daya kehidupan. Ia mampu mengubah hidup dan menganugerahkan keselamatan bagi setiap orang.
Kita melakukan pekerjaan setiap hari agar bisa makan dan bertahan hidup. Kalau kita makan makanan enak, kita pasti merasa gembira. Kalau kita bisa makan bersama orang lain dalam canda tawa, hati kita pun pasti mengalami sukacita. Demikianlah, makanan berperan penting dalam dinamika hidup kita. Seperti itulah harapan Yesus terhadap kita, yakni agar kita semakin percaya kepada-Nya bahwa Dia itu roti hidup. Roti hidup ini membuat kita tidak hanya mampu bertahan hidup di dunia, tetapi juga memberi jaminan keselamatan bagi kita dalam hidup kekal. Jika kita menyantap roti hidup, batin kita akan mengalami sukacita yang penuh, sehingga hidup kita semakin terberkati.
Roti hidup sebagai ungkapan pribadi Yesus merupakan istilah untuk menyebut Ekaristi. Melalui Ekaristi, Yesus hadir, mempersembahkan diri-Nya, dan rela bersatu dengan kita, agar hidup kita semakin menampakkan citra Allah. Menikmati dan menghayati Ekaristi sungguh akan terwujud jika kita mengaplikasikannya dalam hidup sehari-hari. Menjadi tantangan bagi kita sekarang: Apakah kita masih memiliki kerinduan menyantap roti hidup di tengah pandemi yang terjadi saat ini? Apakah kita masih punya kemauan yang luhur untuk ikut serta dalam perayaan Ekaristi? Di sinilah kualitas iman kita diuji. Harapannya, kita masih memiliki kerinduan untuk menyantap roti hidup jika memang kesempatan menuju ke sana masih ada dan terbuka.