Mukjizat Bukan Tujuan Akhir dari Iman

Jumat, 16 April 2021 – Hari Biasa Pekan II Paskah

398

Yohanes 6:1-15

Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.” Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: “Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” Kata Yesus: “Suruhlah orang-orang itu duduk.” Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.” Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: “Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.”

Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.

***

Pada waktu saya masih di seminari menengah, kelompok teater seminari menampilkan cerita dari bacaan Injil hari ini, yakni mukjizat penggandaan roti dan ikan. Menariknya, kelompok itu merefleksikan bagaimana reaksi setiap orang setelah mengalami mukjizat tersebut. Intinya, orang-orang itu maunya mengalami mukjizat seperti itu setiap waktu. Mereka juga ingin agar apa pun yang mereka butuhkan harus terpenuhi.

Orang banyak saat itu berbondong-bondong mengikuti Yesus. Bagi mereka, ada sesuatu yang menarik dalam pengajaran dan tindakan Yesus. Karena itu, mereka tidak lagi peduli dengan waktu. Yesus seperti magnet yang menarik mereka kuat-kuat kepada-Nya. Kata-kata dan tindakan-Nya sangat menarik, terutama mukjizat-mukjizat yang ditunjukkan-Nya. Apa yang mereka cari dari Yesus?

Setiap kali membuat mukjizat, Yesus menghendaki agar orang mengenali Allah yang hadir di dalam diri-Nya. Mukjizat penggandaan roti dan ikan mengajak orang banyak untuk melihat dan menyadari Allah yang berempati dengan mereka. Di tengah keterbatasan dan kekurangan, Allah yang berbelas kasihan hadir dan mencukupi mereka.

Akan tetapi, sering kali orang lebih memperhatikan mukjizat, alih-alih kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka. Mari kita lihat reaksi orang banyak waktu itu. Sebagian melihat Yesus sungguh sebagai utusan Allah dengan berkata, “Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.” Sebagian yang lain fokus pada mukjizat-Nya saja, sehingga mereka melihat Yesus sebagai orang hebat yang bisa memenuhi kebutuhan mereka. Mereka ini kemudian berniat menjadikan Dia sebagai raja.

Mukjizat bukanlah tujuan akhir dari iman. Sebaliknya, mukjizat adalah pintu masuk menuju iman. Jika orang hanya mencari keajaiban, mereka melewatkan hal yang utama. Yesus menggunakan mukjizat untuk mencerahkan dan mengundang orang agar semakin beriman, semakin mengenali Allah yang hadir di tengah-tengah mereka. Penggandaan roti dan ikan hanyalah pintu masuk agar orang mengenali Yesus sebagai Roti Hidup. Dialah Roti yang akan membawa kita semua pada kehidupan dan kebahagian kekal.

Karena itu, saudara-saudari sekalian, jangan fokus mencari anugerah, tetapi carilah Tuhan yang adalah sumber dari segala anugerah!