Kasih Ibu Sepanjang Masa

Rabu, 17 Maret 2021 – Hari Biasa Pekan IV Prapaskah

285

Yesaya 49:8-15

Beginilah firman TUHAN: “Pada waktu Aku berkenan, Aku akan menjawab engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau; Aku telah membentuk dan memberi engkau, menjadi perjanjian bagi umat manusia, untuk membangunkan bumi kembali dan untuk membagi-bagikan tanah pusaka yang sudah sunyi sepi, untuk mengatakan kepada orang-orang yang terkurung: Keluarlah! kepada orang-orang yang ada di dalam gelap: Tampillah! Di sepanjang jalan mereka seperti domba yang tidak pernah kekurangan rumput, dan di segala bukit gundul pun tersedia rumput bagi mereka. Mereka tidak menjadi lapar atau haus; angin hangat dan terik matahari tidak akan menimpa mereka, sebab Penyayang mereka akan memimpin mereka dan akan menuntun mereka ke dekat sumber-sumber air. Aku akan membuat segala gunung-Ku menjadi jalan dan segala jalan raya-Ku akan Kuratakan. Lihat, ada orang yang datang dari jauh, ada dari utara dan dari barat, dan ada dari tanah Sinim.” Bersorak-sorailah, hai langit, bersorak-soraklah, hai bumi, dan bergembiralah dengan sorak-sorai, hai gunung-gunung! Sebab TUHAN menghibur umat-Nya dan menyayangi orang-orang-Nya yang tertindas. Sion berkata: “TUHAN telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku.” Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.

***

Pada tahun 587 SM, pasukan Babel menyerbu Yerusalem dan membuatnya luluh lantak. Mereka lalu mengangkut sejumlah besar penduduk Yerusalem ke Babel. Sejak saat itu, orang Israel terpaksa menetap di tanah pembuangan dalam jangka waktu yang sangat lama. Saking lamanya sampai-sampai banyak di antara mereka yang tidak melihat lagi adanya kemungkinan untuk kembali ke Tanah Perjanjian.

Tanpa mereka sadari, Tuhan ternyata tetap bekerja untuk menyelamatkan umat-Nya. Ia telah menentukan saat yang tepat untuk bertindak membawa mereka kembali ke Yerusalem. Sion akan dipulihkan oleh-Nya! Namun, seakan tidak mendengar itu semua, Sion melontarkan keluhan kepada Tuhan, menuduh bahwa Tuhan telah meninggalkan dan melupakannya. Umat Israel menganggap Tuhan tidak peduli kepada mereka. Ini ironis, sebab mereka sendirilah yang sebenarnya melupakan Tuhan dan tidak setia kepada-Nya.

Keluhan bernada tuduhan itu ditanggapi Tuhan dengan sebuah kiasan yang indah tentang kasih seorang ibu. “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya?” Kasih ibu kepada anaknya memang lebih kuat daripada kasih mana pun di dunia ini. Seperti itulah kasih Tuhan kepada umat-Nya: Kuat, mendalam, dan tak akan pernah pudar sepanjang masa.

Ketika hidup kita terasa berat karena menanggung berbagai macam masalah, sering kali kita merasa sendirian dan tidak mempunyai harapan. Tuhan terasa jauh, sebab meskipun kita sudah berseru kepada-Nya untuk meminta pertolongan, Ia seakan-akan diam saja, tidak berkenan untuk membantu. Rasa kecewa perlahan-lahan mulai muncul. Apakah Tuhan sudah melupakan kita? Pesan bacaan pertama hari ini sangat jelas: Kasih Tuhan kepada kita takkan pernah terhapuskan. Ia memberkati kita dan mendampingi perjuangan kita dengan berbagai cara. Mari membuka hati agar kita bisa mengenali dan menyadari kehadiran-Nya.