Berhadapan dengan Penolakan

Minggu, 31 Januari 2021 – Hari Minggu Biasa IV

89

Markus 1:21-28

Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: “Diam, keluarlah darinya!” Roh jahat itu mengguncang-guncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar darinya. Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: “Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya.” Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea.

***

Nasihat dan pengajaran yang baik akan menuntun kita untuk menjadi lebih baik. Namun, ternyata tidak semua nasihat atau pengajaran yang baik mendapatkan penerimaan. Entah itu dari orang tua, guru, pastor, atau siapa pun, nasihat atau pengajaran yang baik tidak serta merta dijalankan atau dipatuhi. Yang sering terjadi, sebaik atau sehebat apa pun suatu pengajaran, ada saja orang yang menolak, tersinggung, atau tidak menyukainya.

Ketika mengajar di sinagoga, Yesus mengajar dengan penuh kuasa. Pengajaran-Nya menimbulkan kesan mendalam bagi para pendengar. Pengajaran Yesus memikat banyak orang. Namun, ada juga yang tersinggung dan menolak-Nya. Seorang yang kerasukan roh jahat berteriak kepada-Nya, “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami?” Yesus segera menghardik orang itu dan berkata, “Diam, keluarlah darinya!”

Jika kita sudah mencoba memberi nasihat atau pengajaran yang baik kepada orang lain, tetapi nyatanya bertemu dengan penolakan atau resistensi, janganlah kita patah semangat. Mari kita mendengarkan suara Tuhan untuk tetap bertahan dalam melakukan apa yang pantas dan layak. Kebaikan, kebenaran, dan nilai-nilai positif yang lain tetap perlu kita bagikan, kita sebarkan, serta kita tanamkan agar bertambah banyak. Kebaikan dan kebenaran tidak boleh dibatasi oleh ruang dan waktu. Munculnya penolakan mesti diterima dengan besar hati, tetapi tidak boleh menghentikan langkah kita.

Mari kita juga mempraktikkan apa yang kita omongkan atau yang kita ajarkan. Dunia membutuhkan lebih dari sekadar pengajar. Dunia perlu melihat kesaksian akan kebenaran kasih agar perubahan dan pertobatan sungguh-sungguh terjadi dalam hidup kita.