Menjadi Pribadi Integral

Kamis, 21 Januari 2021 – Peringatan Wajib Santa Agnes

158

Markus 3:7-12

Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya. Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya. Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya. Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: “Engkaulah Anak Allah.” Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.

***

Diakui oleh teman adalah hal biasa, tetapi diakui oleh lawan tentu saja luar biasa. Roh-roh jahat mengakui Yesus sebagai Anak Allah. Dari mana mereka mengenal Yesus? Seperti malaikat, roh-roh jahat itu memiliki pengetahuan yang sifatnya abadi. Jadi, wajar kalau mereka tahu bahwa Yesus adalah Anak Allah.

Yesus adalah pribadi yang memiliki integritas di dalam hidup. Kata-kata-Nya selaras dengan perbuatan-Nya. Karena itu, kuasa Yesus menjadi sangat nyata. Apa yang Ia sabdakan, itulah yang Ia laksanakan. Integritas diri yang sangat kokoh ini membuat Yesus sungguh berwibawa di hadapan siapa saja, termasuk di hadapan roh-roh jahat.

Membangun integritas diri tidak mudah, namun tidak berarti tidak mungkin. Tidak mudah karena kita memiliki kecenderungan untuk melakukan hal yang bertentangan dengan perkataan kita sendiri. Perasaan dan keinginan yang tidak teratur sering melemahkan diri kita. Ada yang dilemahkan oleh ketakutannya; ada yang dilemahkan oleh kemalasannya; yang lain dilemahkan oleh kesombongannya.

Membangun integritas menjadi mungkin kalau kita bersikap disiplin. Secara khusus, kita perlu membangun self-discipline. Kita perlu berlatih untuk mewujudkan kebaikan-kebaikan yang kita ucapkan setiap hari. Kalau gagal melaksanakannya, kita perlu bangkit dan kembali berkomitmen. Secara perlahan-lahan, kita akan terbentuk menjadi pribadi yang integral. Mari kita mohon bimbingan dari Yesus sendiri agar dimampukan menjadi pribadi yang demikian.