Lukas 21:1-4
Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.”
***
Ketika masih suster yunior, saya sering mendengar cerita dari para suster yang berkarya di sekolah tentang seorang bapak guru Matematika yang begitu total melaksanakan tugasnya. Setiap jam istirahat, sering kali dia tidak punya waktu untuk sekadar mencuci tangan atau minum. Dalam keadaan tangan penuh debu kapur tulis, ia langsung diserbu oleh para murid dengan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang dirasa belum jelas. Dengan sabar, ia pun melayani mereka, menjawab dan menjelaskan apa yang mereka tanyakan. Begitu terjadi hampir setiap hari. Bapak itu melaksanakan tugasnya sebagai guru dengan penuh totalitas. Ia mengupayakan agar para murid memahami apa yang diajarkan.
Bacaan Injil hari ini berkisah tentang persembahan seorang janda miskin. Yesus mengatakan bahwa janda miskin itu memberikan persembahan lebih banyak daripada yang lain, bahkan lebih banyak daripada yang diberikan oleh orang-orang kaya. Ini aneh, sebab persembahan janda itu sangat kecil, yakni dua peser saja. Apa yang mau disampaikan Yesus dengan perkataan-Nya itu?
Kita tahu bahwa janda sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Seorang janda tidak lagi memiliki sandaran hidup, yakni suami. Ia harus bekerja keras dan berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya keluarganya. Hal ini menjadikan hidup seorang janda sangat sulit. Ia menghadapi tantangan yang berat. Agar dapat bertahan, ia harus berjuang sendiri. Penghasilan yang ia dapatkan tentu saja jauh berkurang dibandingkan ketika masih memiliki suami. Karena itu, kalau seorang janda memberikan persembahan, tentulah ini merupakan hasil perjuangannya sendiri.
Persembahan yang diberikan janda itu merupakan simbol tenaga, usaha, dan kerja keras yang telah dilakukannya, juga menjadi simbol persembahan diri. Tidak banyak yang ia persembahkan, tetapi yang tidak banyak itu adalah keseluruhan hidupnya.
Dalam memberikan persembahan, Yesus mengajarkan kita untuk memberikannya dengan total dan tulus. Persembahan diri kita kepada Tuhan tidak hanya berupa uang, tetapi juga waktu, bakat, pemikiran, tenaga, dan lain-lain. Kita diminta untuk mempersembahkan itu semua dengan sungguh-sungguh dan tulus hati.
Jika kita dipanggil untuk hidup berkeluarga, mari kita menjalani panggilan itu secara total dengan menjadi bapak atau ibu yang baik, yang bertanggung jawab terhadap Tuhan, keluarga, dan masyarakat. Jika kita dipanggil untuk menjadi imam, biarawan, biarawati, mari kita menyerahkan seluruh hidup kita dengan tulus hati, tidak setengah-setengah. Apa pun profesi kita, mari kita memberikan hati, pikiran, dan waktu untuk melaksanakannya dengan tulus demi kemuliaan Tuhan dan kebaikan bersama.
Mari bersama-sama kita memohon rahmat Tuhan agar mampu menyerahkan diri dengan total dan tulus melalui panggilan kita masing-masing.