Lukas 14:1-6
Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan-Nya. Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, kata-Nya: “Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?” Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi. Kemudian Ia berkata kepada mereka: “Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?” Mereka tidak sanggup membantah-Nya.
***
Paulus memulai suratnya kepada jemaat di Filipi dengan memberi salam kepada mereka (bacaan pertama hari ini, Flp. 1:1-11). Para pemimpin jemaat, yakni orang-orang yang bertugas merawat kehidupan jemaat, juga disapa olehnya dengan hangat, penuh sukacita dan rasa syukur. Kepada jemaat di Filipi, Paulus menceritakan kegembiraan dan rasa syukurnya setiap kali ia mengingat mereka. Ia senantiasa memanjatkan doa untuk mereka karena merasa bahagia menyaksikan persekutuan dan kekompakan mereka.
Paulus yakin bahwa persekutuan dan kekompakan itu pasti berlangsung terus hingga kedatangan Tuhan. Ia pun berharap semoga mereka semakin berkembang dalam semangat mengasihi, juga semakin bertumbuh dalam pengertian dan pengetahuan yang benar. Hal ini sangat penting karena akan membantu mereka dalam berpikir dan bertindak, sehingga mereka dapat hidup suci dan tidak bernoda, dipenuhi oleh kebenaran Kristus sendiri sampai saat kedatangan-Nya kelak.
Senada dengan itu, bacaan Injil hari ini berbicara tentang penyembuhan pada hari Sabat. Karena cinta-Nya akan kemanusiaan, Yesus berani melanggar hukum Sabat dengan menyembuhkan orang yang sakit. Yesus dengan ini menunjukkan kematangan pengetahuan-Nya tentang apa yang benar, tepat, dan penting ketika berhadapan dengan situasi-situasi yang sangat menantang dalam kehidupan ini. Ia berani menerobos halangan-halangan hukum formal dan memberi prioritas pada nilai-nilai luhur. Di tengah kritik dan penolakan dari para pemimpin masyarakat, Yesus berani bertindak demi kemanusiaan dan keselamatan orang lain.
Dengan demikian, kedua bacaan hari ini mengajak kita untuk senantiasa bertekun dalam iman. Kita diajak untuk mengembangkan iman dan kematangan hidup beriman kita. Hal ini tidak hanya dilihat dalam kekompakan kelompok atau jemaat, tetapi juga dalam keberanian kita masing-masing untuk mencari pemahaman dan pengertian yang benar tentang iman dan nilai-nilai yang hakiki, yang pada akhirnya akan membantu kita dalam membuat pilihan tindakan yang tepat. Pemahaman iman yang benar akan membantu kita untuk hidup suci, melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, serta setia pada hal-hal yang luhur.