Lukas 13:10-17
Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat. Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: “Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.” Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah. Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: “Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat.” Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: “Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?” Dan waktu Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya.
***
Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus (bacaan pertama hari ini, Ef. 4:32 – 5:8) memberikan nasihat secara terbuka: Jemaat harus hidup seturut kehendak Allah; mereka harus hidup sebagai anak-anak terang. Berkaitan dengan itu, ada dua poin yang dijelaskan oleh Paulus.
Pertama, hidup dalam terang seturut kehendak Allah tampak melalui sikap yang ramah, kasih yang tulus terhadap sesama, selalu mengucap syukur, menjauhi penyembahan berhala, percabulan, keserakahan, kecemaran, perkataan kotor dan tidak pantas, serta menjaga diri agar tidak disesatkan oleh ajaran-ajaran yang hampa. Pada pokoknya, Paulus mengajak jemaat untuk menghindarkan diri mereka dari hal-hal yang tidak benar, yang disimbolkan olehnya dengan penyembahan berhala, kegelapan, dan kecemaran. Bahkan sekadar berpikir dan berkata-kata tentang hal itu pun dilarang dengan keras. Setiap orang dipanggil untuk hidup dalam kekudusan secara serius seperti orang-orang kudus.
Kedua, alasan mengapa setiap pengikut Kristus wajib mematuhi dan menaati nasihat-nasihat di atas adalah karena Allah dalam Kristus telah lebih dahulu mengampuni, mengasihi, dan menyerahkan diri bagi kita sebagai persembahan secara cuma-cuma. Di samping itu, di dalam Kerajaan Surga memang tidak ada tempat bagi orang yang tidak mau bertobat dari kecemaran, penyembahan berhala, dan keserakahan. Dengan ini ditegaskan bahwa agar mengalami keselamatan, jemaat harus menaati nasihat-nasihat baik yang disampaikan oleh Paulus tersebut.
Senada dengan itu, dalam bacaan Injil, Yesus menegaskan bahwa dalam situasi apa pun, perbuatan kasih harus dilakukan kepada orang yang menderita. Yesus kali ini “menabrak” aturan Sabat yang sangat ketat dengan menyembuhkan seorang yang menderita selama delapan belas tahun karena dirasuki oleh roh jahat. Dengan berani, Ia mengabaikan aturan yang bahkan sampai melarang orang untuk melakukan perbuatan baik. Yesus ingin mengajarkan bahwa membantu orang yang menderita adalah hal yang tidak bisa ditunda-tunda. Aturan hidup bersama tidak boleh bersifat mutlak dan tanpa ampun, apalagi kalau berhadapan dengan situasi-situasi darurat. Kemanusiaan harus ditempatkan di atas segalanya.
Kedua bacaan hari ini mengajarkan bahwa kita semua diajak untuk menjadi anak-anak Allah atau anak-anak terang. Kita semua dipanggil untuk hidup dalam kekudusan seperti orang-orang kudus. Hidup dalam kekudusan itu menyangkut dua hal mendasar: Menghindari apa yang dilarang (percabulan, kecemaran, keserakahan, dan sebagainya) dan berani untuk melakukan hal-hal yang baik dan luhur (misalnya mengucap syukur dan menolong sesama yang menderita meskipun dihalang-halangi pihak lain). Dengan itu, semua orang yang mengikut Kristus dipanggil untuk menghindari hal-hal yang tidak benar, dan sebaliknya, melakukan hal-hal yang benar untuk meneguhkan kehidupan dan keselamatan bersama.