Relasi Pribadi dengan Allah

Sabtu, 15 Agustus 2020 – Hari Biasa Pekan XIX

159

Yeh 18:1-10, 13b, 30-32

Maka datanglah firman TUHAN kepadaku: “Ada apa dengan kamu, sehingga kamu mengucapkan kata sindiran ini di tanah Israel: Ayah-ayah makan buah mentah dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu? Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, kamu tidak akan mengucapkan kata sindiran ini lagi di Israel. Sungguh, semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati.

Kalau seseorang adalah orang benar dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, dan ia tidak makan daging persembahan di atas gunung atau tidak melihat kepada berhala-berhala kaum Israel, tidak mencemari isteri sesamanya dan tidak menghampiri perempuan waktu bercemar kain, tidak menindas orang lain, ia mengembalikan gadaian orang, tidak merampas apa-apa, memberi makan orang lapar, memberi pakaian kepada orang telanjang, tidak memungut bunga uang atau mengambil riba, menjauhkan diri dari kecurangan, melakukan hukum yang benar di antara manusia dengan manusia, hidup menurut ketetapan-Ku dan tetap mengikuti peraturan-Ku dengan berlaku setia — ialah orang benar, dan ia pasti hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH.

Tetapi kalau ia melahirkan seorang anak yang menjadi perampok, dan yang suka menumpahkan darah atau melakukan salah satu dari hal-hal itu

Segala kekejian ini dilakukannya, ia harus mati; darahnya tertimpa kepadanya sendiri.

Oleh karena itu Aku akan menghukum kamu masing-masing menurut tindakannya, hai kaum Israel, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bertobatlah dan berpalinglah dari segala durhakamu, supaya itu jangan bagimu menjadi batu sandungan, yang menjatuhkan kamu ke dalam kesalahan. Buangkanlah darimu segala durhaka yang kamu buat terhadap Aku dan perbaharuilah hatimu dan rohmu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel? Sebab Aku tidak berkenan kepada kematian seseorang yang harus ditanggungnya, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Oleh sebab itu, bertobatlah, supaya kamu hidup!”

***

Ada satu fase penting dalam kehidupan rohani bangsa Israel yang dapat kita temukan dalam bacaan pertama hari ini. Dalam nubuat Yehezkiel ini terungkap bahwa bangsa Israel, ketika berhadapan dengan hukuman dari Allah karena berlaku tidak setia, tidak bisa lagi melempar kesalahan pada nenek moyang mereka.

Nubuat Yehezkiel ini mencerminkan gagasan yang berkembang di kalangan orang Israel saat itu, yaitu bahwa seseorang harus bertanggung jawab atas hidupnya sendiri, termasuk dalam hal dosa dan kesalahan. Tidak ada lagi kisah seluruh bangsa dihukum gara-gara kesalahan raja mereka yang jahat, keyakinan yang berkembang sebelum masa pembuangan. Oleh karena itu, pertobatan setiap orang menjadi sesuatu yang penting, di samping pertobatan massal yang dilakukan secara bersama-sama sebagai satu bangsa.

Dari sini, relasi antara Allah dan manusia tampak semakin personal. Setiap orang diajak untuk masuk ke dalam pertobatan, memohon belas kasihan Allah, dan mengalami pemulihan dalam hidupnya.

Setiap orang dipanggil untuk melakukan keadilan dan kebaikan. Iman seseorang tidak hanya diukur melalui doa dan ibadah, tetapi juga melalui kualitas kehidupannya sehari-hari.  Dengan berlaku benar selaras dengan perintah-perintah Allah, orang akan memperoleh hidup.