Yohanes 6:52-59
Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan.” Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari surga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.”
Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat.
***
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus bersabda, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.” Perkataan Yesus tersebut mesti kita tempatkan dalam konteks yang tepat, yakni perjamuan Tuhan. Tanpa konteks yang tepat, “makan daging” dan “minum darah” akan menghadirkan kengerian dan pemahaman yang keliru.
Sabda Yesus itu sebenarnya hendak mengarahkan kita pada pemahaman bahwa partisipasi dalam perjamuan Tuhan membuat kita secara berangsur-angsur ambil bagian dalam kehidupan kekal. Kehidupan kekal yang dimaksud adalah relasi yang mendalam dengan Kristus. Paulus menyatakan hal itu dengan ungkapan, “Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal. 2:20).
Saudara-saudari yang terkasih, tubuh dan darah Kristus yang kita santap dalam Perjamuan Tuhan bukanlah “obat mujarab” ataupun “anggur kuat” yang akan membuat kita hidup untuk selama-lamanya di dunia ini. Kehidupan kekal akan kita alami kelak dalam Kerajaan Allah. Yang kita rasakan dalam perjamuan Ekaristi adalah ikatan timbal balik yang mendalam antara Yesus dan kita, murid-murid-Nya.
Melalui perjamuan Ekaristi, kita ambil bagian dalam hidup Yesus dengan cara yang sangat nyata, yakni dengan makan daging-Nya dan minum darah-Nya. Dengan ini, antara kita dan Tuhan terjalin relasi spiritual yang sangat erat. Melalui perjamuan Ekaristi, Dia yang menyerahkan tubuh dan darah-Nya untuk hidup dunia hidup di dalam kita. Kita pun dengan demikian hidup di dalam Dia, di dalam kasih ilahi, sehingga hidup kita yang fana seketika diubah menjadi hidup yang sejati dan kekal.