Kisah Para Rasul 8:1b-8
Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat. Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.
Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil. Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ. Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu. Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan. Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu.
***
Tantangan hidup bisa berasal dari luar diri kita, bisa juga dari dalam. Demikian halnya dalam hidup menggereja, tantangan bisa berasal dari unsur eksternal maupun internal. Bacaan pertama hari ini berkisah tentang para murid yang menghadapi tantangan dari luar ketika mereka mewartakan Kristus yang bangkit.
Masalah ditimbulkan oleh orang yang bernama Saulus. Dengan kejam, orang ini berusaha membinasakan jemaat yang baru tumbuh. Stefanus adalah salah satu korbannya. Selanjutnya, Saulus dan orang-orangnya memasuki rumah demi rumah untuk menangkap siapa saja yang beriman kepada Kristus, lalu menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara. Meskipun demikian, pewartaan akan Kristus tidak surut oleh tantangan itu. Kristus sendiri menyertai murid-murid-Nya, sehingga banyak orang menjadi percaya akan pewartaan mereka.
Bila kita membaca perjalanan sejarah Gereja, dengan segera kita akan menyadari bahwa Gereja juga menghadapi tantangan yang berasal dari dalam. Hal itu dialami oleh Katarina dari Siena, orang kudus yang secara khusus kita peringati pada hari ini. Saat itu, suasana gelap sedang menyelimuti Gereja. Peperangan antarnegara dan raja timbul di mana-mana. Di samping itu, Paus bertakhta di Avignon, Perancis, hal yang menimbulkan perselisihan di kalangan pemimpin Gereja.
Dalam situasi tersebut, Katarina melakukan usaha-usaha negosiasi dengan menuliskan surat-surat kepada pihak yang bertikai. Katarina banyak menulis surat baik kepada paus maupun para raja. Karena ketekunannya dalam menjalankan misi diplomasi, Katarina semakin dikenal. Hal itu bukan semata-mata karena ia fasih dalam berbicara, tetapi juga karena nasihat-nasihatnya yang bijaksana. Kesucian dan tanda-tanda ilahi bersinar dari dalam dirinya.
Di mata dunia, Katarina dari Siena bisa jadi dianggap orang bodoh. Ketika kecil, ia tidak bisa membaca dan menulis karena lebih sering disuruh memasak di dapur. Kesulitan besar ia hadapi ketika masuk biara, sebab harus membaca ketika mendaraskan ibadat harian. Namun, atas kehendak Allah, orang bodoh ini kemudian justru menjadi sang pembawa damai.
Melalui kisah-kisah di atas, kita disadarkan bahwa Gereja bertumbuh dan berkembang pertama-tama bukan karena usaha manusia, melainkan karena karya Tuhan sendiri. Oleh sebab itu, ketika Gereja menghadapi tantangan besar, umat beriman hendaknya jangan ragu dan putus asa. Di satu sisi, kita harus berusaha sekuat tenaga; di sisi lain, kita berserah pada penyelenggaraan-Nya. Tuhan selalu menyertai kita. Dia pasti akan segera mengulurkan tangan-Nya untuk menolong kita.