Yohanes 19:28-30
Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia — supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci –: “Aku haus!” Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
***
Bacaan Injil dalam Ibadat Jumat Agung tentu saja sangat panjang, yakni Yoh. 18:1 – 19:42. Bacaan ini mencakup penangkapan Yesus sampai dengan penyaliban, kematian, dan pemakaman-Nya. Kali ini mari kita memusatkan perhatian pada kisah kematian Yesus (Yoh. 19:28-30).
Setelah melalui proses yang berliku, Yesus akhirnya disalibkan. Dalam penggambaran Injil Yohanes, penyaliban Yesus bukanlah peristiwa yang hina dan memalukan, sebab dengannya Ia justru ditinggikan. Karena itu, dalam kisah ini, tidak ada olok-olok terhadap Yesus yang tersalib. Ia juga tidak berkeluh kesah menjelang kematian-Nya.
Dalam penderitaan, Yesus tetap menguasai situasi. Ia menghendaki agar apa yang tertulis dalam Kitab Suci tentang-Nya digenapi dengan sempurna. Karena itu, Ia meminum anggur asam yang diberikan oleh para prajurit. Itulah lambang kesungguhan hati-Nya dalam menanggung kesengsaraan. Setelah itu, semuanya sudah genap, Ia pun wafat. Untuk menunjukkan kuasa Yesus, Injil Yohanes tidak mengatakan Ia “mati,” melainkan “menyerahkan nyawa-Nya.”
Kepergian Yesus kita iringi dengan kepala tertunduk. Sungguh menyedihkan bahwa Dia – yang adalah orang benar – mati dengan cara seperti itu. Namun, sungguh kita harus bersyukur, sebab Yesus rela menanggung semua itu demi keselamatan kita. Mari kita berjanji dengan sepenuh hati bahwa pengorbanan besar itu tidak akan sia-sia.