Lukas 5:27-32
Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia.
Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: “Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.”
***
Bacaan pertama hari ini (Yes. 58:9b-14) berlatar belakang seruan Yesaya bahwa Allah yang kudus memutuskan untuk tinggal di tengah-tengah umat-Nya. Karena itu, dalam kehidupan sehari-hari, umat seharusnya berusaha dengan sungguh untuk tidak menodai kekudusan Allah yang tinggal di antara mereka. Sayangnya, bangsa Israel gagal dalam melaksanakan hal itu. Mereka tidak menjaga kekudusan Allah, sehingga nama Allah menjadi cemar di tengah umat-Nya, juga di antara bangsa-bangsa lain. Kondisi umat Allah dengan demikian sangat memprihatinkan. Yesaya menggambarkan keadaan itu sebagai kegelapan, kekeringan, dan reruntuhan. Tanpa disadari, Israel menjadi lemah karena meninggalkan Allah yang adalah sumber kekuatan mereka.
Cara hidup anak-anak Allah harus berbeda dengan cara hidup bangsa-bangsa lain. Mereka harus hidup dalam kekudusan. Karena itu, demikian Yesaya berseru, mereka harus memperlakukan sesama sebagai manusia, bukan sebagai budak, barang, ataupun sampah.
Masyarakat sering kali berlaku kejam terhadap pribadi-pribadi yang sudah telanjur dianggap sebagai pendosa. Dengan mudah, mereka diberi cap yang buruk seolah-olah tidak mungkin lagi bertobat dan menjadi orang baik. Mereka dijauhi dan tidak lagi dianggap sebagai anggota keluarga Allah. Bacaan Injil hari ini mengkritik sikap tersebut. Tindakan Yesus kepada Lewi dan orang-orang yang dianggap sebagai pendosa lainnya menunjukkan hati Allah yang maha pengampun. Ia senantiasa memberi manusia kesempatan untuk bertobat dan berbalik kepada-Nya.