Cinta Kasih Melampaui Segala Aturan

Rabu, 22 Januari 2020 – Hari Biasa Pekan II

180

Markus 3:1-6 

Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: “Mari, berdirilah di tengah!” Kemudian kata-Nya kepada mereka: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia.

***

Hari ini Yesus menyatakan kepada kita nilai cinta kasih yang sesungguhnya. Sebaliknya, iri dan dengki telah menutup mata dan hati orang-orang Farisi akan nilai cinta kasih. Cinta kasih yang dinyatakan Yesus terutama kepada mereka yang sangat membutuhkan menjadi alasan utama mengapa Ia hadir di tengah-tengah kita. Cinta kasih yang melampaui segala aturan menjadi tujuan karya dan pewartaan Yesus. Sebaliknya, orang-orang yang telah tertutup hatinya oleh kedengkian membuat nilai cinta kasih tidak berarti sama sekali hanya karena sebuah aturan.

Cinta kasih Yesus berasal dari hati yang murni, hati yang tulus, dan hati yang mengasihi. Ia peka akan orang-orang yang membutuhkan pertolongan-Nya bahkan ketika mereka tidak sanggup berkata-kata. Cinta kasih menggerakkan Yesus untuk melakukan sesuatu di saat keadaan benar-benar membutuhkan-Nya.

Di lain pihak, perasaan iri, dengki, dan curiga membuat orang Farisi menjadi pribadi-pribadi yang kaku dan tidak peka. Mereka tidak bergerak dan tidak melakukan apa-apa kendati di depan mata mereka terjadi peristiwa yang membutuhkan pertolongan. Untuk membenarkan sikap masa bodoh itu mereka bersembunyi di balik aturan yang mereka pahami secara kaku dan ketat.

Dalam hidup ini, hendaknya kita selalu belajar untuk mengasah hati dan budi kita agar dalam segala situasi selalu penuh dengan cinta kasih. Tidak mudah untuk memiliki pribadi yang demikian, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Yesus adalah teladan kita.

Karena kita adalah pengikut Yesus, artinya kita harus meneladan hidup-Nya, menjadikan Dia pedoman kita dalam menjalani kehidupan ini. Jadikanlah hati kita seperti hati Yesus yang senantiasa penuh dengan cinta, sehingga kita selalu siap untuk membantu orang lain, terutama yang lemah dan menderita, di mana pun kita berada. Tindakan cinta kasih akan menghadirkan sukacita dalam hidup kita, juga memampukan kita untuk bersyukur atas segala kebaikan Tuhan kepada kita.