Melakukan Kehendak Allah

Senin, 30 Desember 2019 – Hari Keenam dalam Oktaf Natal

227

Lukas 2:36-40

Lagi pula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.

Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.

***

Dulu, ketika masih postulan, kami ditanya mengapa ingin menjadi seorang suster. Pada umumnya kami mengatakan bahwa kami ingin mengabdi Tuhan dan melakukan kehendak-Nya. Sampai saat ini pun saya selalu berusaha menemukan apa yang Tuhan kehendaki untuk saya lakukan.

Bacaan-bacaan hari ini mengundang kita untuk menemukan kehendak Bapa dalam kehidupan ini. Dalam bacaan pertama (1Yoh. 2;12-17) dipertentangkan antara kasih kepada dunia dan kasih kepada Bapa. Orang yang mengasihi dunia dan segala isinya padanya tidak akan ada kasih kepada Allah, sebab dia hanya mencintai keinginan yang tidak berasal dari Bapa, yakni keinginan daging dan keangkuhan hidup.

Kita tahu bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini bersifat sementara. Semuanya itu akan lenyap, tidak ada yang kekal, termasuk hal-hal yang menurut pandangan mata kita indah dan menarik. Karena itu, kalau kita hanya mencintai hal-hal yang bersifat sementara, kita akan kehilangan kehidupan kekal yang berasal dari Bapa. Sebaliknya, kalau kita menaruh kasih kepada Bapa dan melaksanakan kehendak-Nya, kita akan memperoleh hidup yang kekal.

Bacaan Injil hari ini mengisahkan bagaimana Hana dan Keluarga Kudus mewujudkan kasih kepada Allah dengan melaksanakan kehendak-Nya. Hana memuliakan Tuhan dan mempersembahkan dirinya dengan senantiasa berada di Bait Allah. Ia berpuasa, beribadah, dan berdoa siang malam. Cara hidup ini menjadikan dirinya sangat dekat dengan Tuhan, sehingga mampu mewartakan keagungan-Nya. Ia mewartakan keagungan Tuhan melalui dan dalam diri Yesus yang pada waktu itu dibawa ke Bait Allah. 

Sementara itu, Keluarga Kudus melaksanakan kehendak Allah dengan menjalankan aturan-aturan agama, salah satunya dengan mempersembahkan Yesus ke Bait Allah. Mereka dengan setia melaksanakan kehendak Tuhan dan itulah cara mereka mewujudkan kasih kepada-Nya.

Sekarang, mari kita lihat diri dan keluarga kita masing-masing. Sejauh mana kita telah melaksanakan hal-hal yang dituntut oleh ajaran iman kita sebagai tanda bahwa kita mengasihi Allah dan melakukan kehendak-Nya? Apakah kita telah mendidik anak-anak kita dengan ajaran iman yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari? Dari dua puluh empat jam kehidupan harian kita, berapa banyak waktu yang kita sisihkan untuk memuliakan Tuhan dan berelasi dengan-Nya melalui doa-doa kita? Apa bentuk pewartaan iman yang telah kita laksanakan?

Kasih kepada Allah tidak cukup hanya diungkapkan, tetapi harus diwujudkan dengan melaksanakan kehendak-Nya, dengan memuliakan nama-Nya, dan dengan mempersembahkan diri kepada-Nya. Jika hal itu kita laksanakan, kita akan memperoleh hidup yang kekal.