Tujuan Hidup

Rabu, 11 Desember 2019 – Hari Biasa Pekan II Adven

208

Matius 11:28-30

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”

***

Ke mana pun kita pergi, kita pasti memiliki tujuan. Tujuan membantu kita untuk mengatur arah dan untuk tetap fokus akan apa yang harus kita buat. Itu artinya kita juga mesti memiliki rencana tentang bagaimana mencapai tujuan tersebut. Tanpa rencana, tujuan hanya akan menjadi sebuah keinginan di dalam imajinasi kita saja, bukan dalam realitas. Jika kita menetapkan tujuan bagi diri kita, maka kita akan berusaha untuk mencapainya. Sayangnya, berdasarkan pengalaman, ketika tujuan itu tidak tercapai, kita biasanya akan merasa kecewa atau kehilangan motivasi.

Tujuan hidup kita adalah mengalami persatuan dengan Allah. Oleh karena itu, arahkanlah tujuan dan fokus hidup kita kepada Allah. “Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah!” demikian pesan Tuhan dalam bacaan pertama (Yes. 40:25-31). Tuhan memberi kekuatan kepada kita dan memberi semangat bagi orang yang mengandalkan-Nya. Jika kita tersandung dan jatuh, bangunlah. Tuhan ada di sana. Ia tetap menanti dan menopang kita menuju persatuan dengan-Nya. 

Tuhan adalah kekuatan dan pusat hidup kita. Hanya Dialah yang mampu meringankan dan melegakan dahaga hidup kita. Dalam bacaan Injil, Yesus menawarkan kepada kita sebuah tujuan dan petunjuk dengan mengatakan, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”

Ketika Yesus menjadi tujuan akhir hidup kita, maka tujuan-tujuan yang lain akan mengalami kepenuhannya di dalam Dia. Itu juga berarti bahwa jika tujuan hidup kita tidak terarah kepada Yesus, maka kita akan tersesat, lelah, dan tersandung. Namun, jika tujuan hidup kita berada di dalam Yesus dan terarah kepada-Nya, maka Dia sendirilah yang akan memberi kita kekuatan. Ia akan menuntun kita kepada tujuan akhir kehidupan, yaitu persatuan dengan Tuhan.