Tempat Terhormat

Minggu, 1 September 2019 – Hari Minggu Biasa XXII

312

Lukas 14:1, 7-14

Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.

Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: “Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat darimu, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: “Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.”

***

Lebih dari penginjil lainnya, Lukas menekankan Yesus yang makan bersama dengan para pendosa dan kelompok masyarakat yang terpinggirkan. Makan bersama sering dijadikannya latar belakang bagi ajaran Yesus. Koleksi perumpamaan dalam Luk. 14 – 16 disampaikan oleh Yesus dalam konteks pembicaraan di sekitar meja perjamuan.

Yesus diundang oleh salah seorang pemimpin kaum Farisi untuk makan setelah perayaan Sabat di sebuah sinagoga setempat. Pada saat itulah Dia menyaksikan sikap dan tingkah laku para tamu yang selalu memilih tempat terhormat. Yesus lalu mengajarkan bahwa memilih tempat terhormat bagi diri sendiri dapat membuat seseorang dipermalukan. Orang akan dipermalukan dan direndahkan jika ternyata tempat itu tidak disediakan baginya.

Yesus juga menasihati sang tuan rumah tentang pemilihan tamu ketika mengadakan perjamuan. Ia diajarkan untuk tidak mengundang sahabat, saudara, kaum keluarga, dan tetangga yang kaya, sebab mereka akan membalas undangan tersebut. Sebaliknya, yang ia undang haruslah orang miskin, cacat, lumpuh, dan buta, sebab mereka tidak memiliki apa-apa untuk membalasnya.

Nasihat dan ajaran tersebut pasti terdengar aneh bagi telinga orang Yahudi. Makan bersama orang cacat, lumpuh, dan buta sengaja mereka hindari, sebab dapat menyebabkan najis secara ritual. Namun, Yesus tidak menyetujui pandangan tersebut. Orang-orang itu bernilai dan dihormati oleh Allah. Mereka bukanlah orang-orang terkutuk.

Karena itu, kita pun diundang untuk memperlihatkan keramahan, kebaikan, dan belas kasih kepada orang miskin, cacat, lumpuh, dan buta, orang-orang yang tidak dapat membalaskan kebaikan itu secara langsung. Hal itu tidak perlu kita permasalahkan, sebab ganjaran akan kita dapatkan kelak pada hari kebangkitan orang-orang benar di akhir zaman.