Mengumandangkan Kebenaran

Sabtu, 3 Agustus 2019 – Hari Biasa Pekan XVII

218

Matius 14:1-12

Pada masa itu sampailah berita-berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah. Lalu ia berkata kepada pegawai-pegawainya: “Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya.” Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya. Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: “Tidak halal engkau mengambil Herodias!” Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi. Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyukakan hati Herodes, sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya. Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata: “Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam.” Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya. Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara dan kepala Yohanes itu pun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya. Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus.

***

Suara kebenaran harus diperdengarkan dan dikumandangkan dalam situasi apa pun. Sebab, kebenaran dapat mengubah hidup seseorang menjadi lebih selaras dengan kehendak Tuhan. Ia pun akan semakin menghargai dan menghormati sesama. Dengan berjalan dalam kebenaran, orang akan dijauhkan dari perasaan sakit hati, iri, dan dendam, sehingga ia tidak dikuasai oleh hal-hal yang negatif, melainkan dilandasi oleh kekuatan kasih Allah.

Namun, mengumandangkan suara kebenaran ada konsekuensinya. Yohanes mengalami hal itu. Ia mengecam Herodes karena telah melakukan kesalahan yang sangat besar. Herodes dan pihak-pihak yang ikut dikecam Yohanes menjadi marah dan sakit hati karenanya. Alih-alih menyesal dan bertobat, mereka akhirnya malah membunuh Yohanes.

Demikianlah, selalu dan sampai kapan pun suara kebenaran – bisa berupa seruan untuk menegakkan perdamaian, toleransi, dan kelestarian lingkungan hidup – akan selalu menemui tantangan, baik berupa penolakan maupun perlawanan. Namun, karena berasal dari Allah, kebenaran akan tetap bergema apa pun yang terjadi.

Kita pantas bersyukur, pada masa sekarang ini kita dapat menyuarakan kebenaran dengan leluasa sesuai dengan panggilan, tugas, dan pekerjaan kita. Marilah memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya agar kualitas hidup masyarakat kita semakin meningkat, agar bangsa dan negara kita semakin maju dan jaya. Ajaklah sesama untuk mengasihi satu sama lain, hidup dalam damai, dan peduli terhadap kelestarian lingkungan. Semoga dengan demikian, setiap insan akan semakin merasakan kasih Allah dalam kehidupan yang membahagiakan ini.