Matius 13:31-35
Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: “Hal Kerajaan Surga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar daripada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya.”
Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: “Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.”
Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatu pun tidak disampaikan-Nya kepada mereka, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: “Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan.”
***
Iman bertumbuh kembang dalam aneka situasi: dalam perjumpaan, dalam persoalan hidup, juga dalam kemudahan-kemudahan yang dijumpai seseorang dari waktu ke waktu. Kerajaan Surga hari ini diumpamakan sebagai biji sesawi dan ragi. Ini menggambarkan perkembangan dan sesuatu yang bermanfaat.
Biji sesawi ukurannya memang kecil. Meskipun demikian, pelan namun pasti, ia tumbuh dan berkembang di dalam tanah, hingga akhirnya menjadi besar dan amat bermanfaat. Sementara itu, ragi dicampurkan ke tepung terigu, lalu menjadi adonan yang siap diolah. Ini merupakan suatu proses menjadi, yang membutuhkan kerelaan untuk bersatu dengan satu atau lebih banyak hal. Proses ini merupakan sebuah keterbukaan yang membawa kebaruan diri, bahkan identitas.
Itulah iman yang berkembang. Iman akan berkembang jika bersentuhan dengan aneka peristiwa kehidupan, baik suka maupun duka. Peristiwa-peristiwa tersebut membuat iman seseorang menjadi tahan uji, berdaya guna, dan berdaya ubah.
Perjumpaan dengan berbagai peristiwa dan dengan pribadi lain akan membuat pribadi seseorang mengalami perkembangan. Jika ada keterbukaan dan kerelaan diri, yang bersangkutan pasti akan menjadi sosok yang tangguh, peka, dan bertanggung jawab. Pendek kata, ia akan dibentuk menjadi pribadi yang berkualitas, pribadi yang smart. Kedewasaan pribadi dan kedewasaan iman perlu berkembang seiring sejalan. Idealnya, makin bertambah usia seseorang, makin berkualitas pula iman orang itu.
Saudara-saudari sekalian, marilah kita berproses untuk menjadi pribadi dengan iman yang berkualitas. Semoga kita nantinya menjadi sosok yang memiliki kedewasaan pribadi, kedewasaan iman, sehingga menjadi berkat dan tanda kasih yang sempurna bagi sesama.