Matius 10:24-33
“Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, atau seorang hamba daripada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.
Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah. Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.
Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun darinya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit.
Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di surga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di surga.”
***
Seorang teman pernah mengeluh kepada saya tentang hidupnya yang dirasa tidak berharga. Kesia-siaan adalah kesimpulan dari rentang kehidupan yang telah dijalaninya. Saya kemudian mengajaknya untuk berefleksi, “Jika engkau yang diberi kehidupan merasa sia-sia dan tidak berharga, sudahkah engkau bertanya kepada Allah sebagai pemilik hidupmu? Ia pasti akan kecewa, sebab anugerah yang Ia berikan kepadamu secara cuma-cuma malah dipandang tidak berharga.” Dari situ, teman saya tadi mulai menyadari bahwa hidupnya ternyata “masih ada harganya.” Allah masih mengizinkannya hidup, itu artinya Allah memandang dirinya berharga.
Hari ini Injil mengajak kita untuk menyadari betapa diri kita mempunyai nilai di mata Allah. Allah tidak memandang jenis pekerjaan kita, rumah, bakat, atau ukuran fisik kita. Semua manusia adalah setara di hadapan Allah. “Janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit,” demikian sabda Yesus. Ia dengan itu memberi motivasi agar setiap manusia mampu hidup dalam optimisme. Jangan sampai kita mudah jatuh dalam kekhawatiran dan kecemasan.
Jika Allah memandang setiap manusia berharga, kita pun harus berlaku demikian. Hindari sikap membanding-bandingkan antara orang ini dan orang itu, juga mempermasalahkan perbedaan antara diri kita dan orang lain. Semua manusia adalah sama, yakni setara dan berharga, di mata Allah. Baiklah kita hayati itu dengan mengembangkan sikap saling menghargai. Betapa indahnya hidup ini jika kita mudah memberi penghargaan kepada orang lain, alih-alih saling melempar kebencian. Dengan saling menghargai, kita turut mensyukuri anugerah Allah dalam rupa kehidupan bersama dengan banyak orang.
Sudahkah kita mewujudkan rasa saling menghargai? Sudahkah kita membuka “jendela dan pintu rumah” kita agar interaksi kebersamaan dengan orang lain semakin terwujud?