Membina Sukacita Hidup

Kamis, 30 Mei 2019 – Hari Raya Kenaikan Tuhan

131

Lukas 24:46-53

Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini. Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.”

Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke surga. Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah.

***

Setelah menampakkan diri kepada semua murid, Yesus menyelesaikan karya-Nya di dunia dan diangkat ke surga. Berkat kekuatan iman, perpisahan dengan Yesus menjadi saat yang penuh sukacita bagi para murid yang sebelumnya takut akibat kurang percaya. Dengan penuh sukacita, mereka kemudian kembali ke Yerusalem. Pada momen inilah Gereja tumbuh sebagai komunitas perutusan Injil.

Gereja adalah komunitas orang-orang beriman yang akan melanjutkan perutusan Yesus. Kitalah yang selanjutnya menyatakan Yesus kepada dunia. Dalam terang bacaan-bacaan dari Injil Yohanes menjelang Hari Raya Kenaikan Tuhan, Gereja diyakinkan bahwa dalam perutusan tersebut, sang Penghibur, Yesus, dan Bapa akan senantiasa mendampingi. Namun, untuk itu ada syaratnya. Gereja, yakni kita semua, dipanggil untuk berpegang pada perintah-perintah-Nya dan berjuang melawan segala egoisme yang menghalangi kita untuk menjalankan perintah-perintah tersebut.

Perintah-perintah yang mana? Pada dasarnya yang dimaksudkan adalah perintah kasih. Hendaknya kita saling melayani, berbela rasa, hidup dalam persekutuan dengan orang lain, tidak menghakimi tetapi mengampuni, mencintai musuh, menghayati sabda bahagia, saling membasuh kaki, dan sebagainya. Yesus memerintahkan agar kita saling mengasihi seperti Dia mengasihi kita. Itulah adalah jalan-Nya, jalan menuju Allah. Kita dipanggil untuk meninggalkan semua sikap egois dari dunia ini, untuk tidak menghabiskan segala tenaga demi mengejar kekuasaan, kekayaan, kehormatan, dan persahabatan yang dangkal.

Melaksanakan perintah-perintah itu tentu tidak mudah. Kita akan mengalami saat-saat perjuangan yang berat. Namun, kita tidak akan dapat digerakkan oleh Roh kalau kita sendiri hanya mencari hal-hal yang dari dunia ini. Rumah batin kita harus dikosongkan, dibersihkan dari segala yang kotor dan kacau, dibebaskan dari segala bentuk egoisme dan kebutuhan-kebutuhan manusiawi tertentu. Kita harus dimurnikan agar pantas menjadi tempat tinggal Allah dan mengalami hidup yang penuh sukacita.

* Diolah dari Jean Vanier, Tenggelam ke Dalam Misteri Yesus (Yogyakarta: Kanisius, 2009).