Damai dalam Hati

Selasa, 21 Mei 2019 – Hari Biasa Pekan V Paskah

231

Yohanes 14:27-31a

“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku. Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku. Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku.”

***

Apa yang kita rasakan di saat gelisah karena sesuatu hal? Hati kita kiranya menjadi tidak nyaman, was-was, dan bahkan kadang-kadang kita sampai sulit untuk bernapas. Bisa jadi juga kita kemudian seperti dikuasai oleh rasa takut yang kelihatannya tidak bisa diatasi.

Dalam keadaan seperti itu, ketika kita coba bawa ke dalam doa, memang doa tidak jarang membuat kita menjadi lebih tenang, namun sering kali juga doa-doa yang kita panjatkan malah menjadi kering dan tidak membawa banyak perubahan. Jika yang terjadi adalah yang disebut terakhir, hati kita tetap akan penuh dengan ketakukan dan kegelisahan. Melihat kita, orang lain mungkin bermaksud membantu. Akan tetapi, karena suasana hati kita yang berantakan, apa pun yang dikatakan dan dinasihatkan oleh orang-orang di sekitar kita sering kali tidak mampu kita resapi.

Karena itulah dalam kesempatan ini Yesus pasca kebangkitan mengingatkan para murid-Nya agar hati mereka jangan dikuasai oleh rasa gelisah dan kegentaran. Jika para murid membiarkan hati mereka penuh dengan kegelisahan dan ketakutan, mereka tidak akan merasakan kedamaian hidup. Jika hati para murid tidak damai, bagaimana mungkin mereka dapat melaksanakan tugas perutusan untuk membawa damai?

Yesus menegaskan bahwa yang paling utama adalah para murid sungguh-sungguh mempunyai keberanian untuk menerima damai yang Ia berikan. Kuncinya adalah sungguh-sungguh percaya akan campur tangan dan penyertaan-Nya. Jangan ragu, jangan bimbang. Orang yang terus-menerus merasa ragu tidak layak mengemban tugas perutusan untuk melakukan pewartaan. Sebab, bukannya menghasilkan buah, orang seperti itu hanya akan  menambahi masalah yang ada; bukannya menabur damai, orang seperti itu hanya akan memunculkan pertertangan.

Karena itu, pernyataan Yesus, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu,” bukanlah basa-basi di bibir saja, melainkan sebuah pesan yang harus menguasai batin kita. Pesan itu harus menghancurkan rasa gelisah dan gentar di hati kita, sehingga yang tertinggal di sana hanyalah harapan, kepercayaan, dan keberanian dalam mewartakan Kabar Baik.