Yohanes 10:27-30
“Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar daripada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu.”
***
Perumpamaan tentang domba dan gembala adalah perumpamaan favorit saya karena perumpamaan ini mengungkap kekuatan sebuah relasi: “Aku mengenal domba-dombaku, dan domba-domba-Ku mengenal Aku.” Kita bisa merenungkan perikop ini dari dua sisi, baik sebagai domba, maupun sebagai gembala.
Saya tergerak untuk mengumpulkan kualitas seorang gembala yang baik. Gembala yang baik adalah gembala yang: (a) mengenal domba-dombanya; (b) berjalan di depan dan menuntun domba-dombanya; (c) mencari padang rumput yang baik untuk domba-dombanya; (d) menghitung domba-dombanya pada waktu pulang dari padang rumput; (e) menjaga domba-dombanya pada waktu malam; (f) bersikap lembut terhadap domba betina yang mengandung, juga terhadap anak-anak domba; (g) melindungi domba dari serangan binatang buas; (h) mencari domba yang hilang; serta (i) merawat domba-domba yang sakit dan terluka.
Sementara itu, ada tiga ciri khas domba yang baik, yaitu domba yang: (a) mengenal suara gembalanya; (b) mendengarkan suara gembalanya; serta (c) mengikuti atau menuruti suara sang gembala.
Bacaan Injil hari ini menyebut kualitas gembala dan domba yang baik tersebut secara bersamaan: “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku…” Saya mencatat satu hal: kualitas yang sama, yang dimiliki oleh domba dan gembala yang baik adalah “mengenal dan dikenal.” Domba yang baik mengenal betul suara gembalanya sehingga mampu mengikutinya, begitu juga gembala yang baik akan mengenal domba-dombanya sehingga bisa memberikan yang terbaik bagi mereka. Akhirnya, saling mengenal dan dikenal itu menjadikan relasi mereka semakin dekat dan mendalam.
Saudara-saudari yang terkasih, “mengenal dan dikenal” dapat kita aplikasikan dalam berbagai macam relasi. Secara khusus, pada Hari Minggu Panggilan ini, kita dapat merenungkan relasi antara gembala dan umatnya. Kita berdoa agar para gembala mengenal sungguh domba-domba yang mereka gembalakan. Sebagai pemimpin, para gembala hendaknya mengenal orang-orang yang dipercayakan kepada mereka. Mengenal di sini bukan hanya berarti tahu nama, tetapi juga memahami apa yang menjadi pergulatan hidup mereka.
Dalam bentuk-bentuk relasi yang lain, konsep “mengenal dan dikenal” juga sangat penting untuk diterapkan. Dalam relasi suami dan istri, misalnya. Sejauh mana suami dan istri mengenal pasangannya? Apakah masing-masing pihak sungguh mengenal, memahami, dan mengerti pihak yang lain? Apakah suami mampu terbuka untuk dikenali dan dimengerti oleh istri? Apakah istri juga demikian? Kesalahpahaman dan ketidakmengertian sering kali menjadi persoalan pelik dalam kehidupan rumah tangga. Karena itu, marilah kita belajar untuk saling mengenal dan dikenal dengan orang-orang terdekat kita, yakni orang-orang yang dipercayakan Tuhan kepada kita.