Kebenaran yang Memerdekakan

Rabu, 10 April 2019 – Hari Biasa Pekan V Prapaskah

715

Yohanes 8:31-42

Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Jawab mereka: “Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?” Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.”

“Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu.” Jawab mereka kepada-Nya: “Bapa kami ialah Abraham.” Kata Yesus kepada mereka: “Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri.” Jawab mereka: “Kami tidak dilahirkan dari zina. Bapa kami satu, yaitu Allah.” Kata Yesus kepada mereka: “Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.”

***

Yesus berkata dalam bacaan Injil hari ini, “Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Kiranya kita semua tahu, adalah benar bahwa kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah; bahwa kita ini adalah anak-anak Allah yang selamanya bersatu dengan-Nya; bahwa kita mampu mengetahui kebenaran dan dengan bebas mengatur hidup kita untuk kebaikan; serta bahwa kita terhubung satu sama lain melalui misteri Tubuh Kristus, dan ini mengilhami kita untuk hidup dalam pelayanan yang penuh kasih bagi sesama.

“Kebenaran itu akan memerdekakan kamu,” demikian Yesus menegaskan. Banyak orang mengaitkan kebebasan dengan tidak adanya hambatan eksternal. Memang hal itu bisa menjadi salah satu syarat kebebasan, tetapi inti kebebasan tidak terletak pada ketiadaan kendala atau hambatan eksternal. Kebebasan adalah sebuah penegasan: penegasan akan kemampuan kita untuk membuat pilihan, untuk memutuskan dan menentukan diri kita sendiri.

Ada banyak reaksi atau tanda yang akan muncul pada tubuh fisik kita kalau kita berbohong atau tidak mengatakan yang sebenarnya. Tanda-tanda itu pada umumnya cukup jelas, misalnya wajah menjadi pucat, mata bergerak cepat atau menjadi berair karena takut ketahuan, mencoba menghindari kontak mata, perubahan cara bicara, suara menjadi bergetar, dan lain sebagainya.

Ketika berada di bawah tekanan akibat kebohongan, napas kita mungkin juga menjadi pendek. Kita mungkin mencoba menghindari dan mengubah topik pembicaraan, memberikan komentar-komentar yang saling bertentangan, serta menggerak-gerakkan anggota badan karena gugup.

Namun, Tuhan tahu rahasia kita yang terdalam sekalipun. Kasih-Nya telah memberi kita banyak tanda. Marilah kita meminta Ia untuk memaafkan kita dan memberi kita kekuatan. Ia akan mengangkat beban rasa bersalah kita dan mengembalikan kedamaian batin kita, sehingga kebenaran dapat diketahui. Kebohongan akan selalu membelenggu. Karena itu, hendaklah kita selalu memeluk Yesus sendiri yang adalah Kebenaran yang membebaskan dan memerdekakan kita.