Markus 3:22-30
Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: “Ia kerasukan Beelzebul,” dan: “Dengan penghulu setan Ia mengusir setan.” Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: “Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya. Tetapi tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.” Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat.
***
Gereja adalah persekutuan umat Allah yang berhimpun dengan berdasar kepada iman akan Yesus Kristus. Pernyataan ini merupakan visi dari Gereja yang senantiasa diperjuangkan. Namun, persoalan muncul ketika persekutuan umat Allah itu membentuk kelompok-kelompok tertentu, misalnya di bidang kategorial atau teritorial. Tidak jarang, pemisahan semacam itu membawa dampak buruk, yakni persaingan antar kelompok. Kemudian sering kali muncul berbagai isu yang saling menjatuhkan, atau ujaran bernada sentimental yang bermuara pada pembenaran atas kelompoknya sendiri. Akar dari semua kondisi kurang harmonis itu terletak pada tumbuh suburnya sikap cemburu dan tidak ingin kalah.
Apa yang dilontarkan oleh ahli-ahli Taurat dari Yerusalem kepada Yesus dalam Injil hari ini juga berasal dari rasa cemburu dan tidak ingin kalah. Mereka sudah “kalah pamor” dari Yesus dengan indikasi banyak orang lebih mempercayai Yesus dibandingkan mereka. Padahal, mereka semua memiliki dasar ajaran yang sama, yakni kitab Taurat.
Saya ingin mengajak kita semua untuk melihat barangkali pernah suatu waktu kita menjadi seperti ahli-ahli Taurat itu, yakni melontarkan ujaran cemburu demi kepentingan sendiri. Pernah saya mengalami di sebuah paroki, ada suasana tidak harmonis antar kelompok kategorial. Di situ ada persaingan yang ketika dirunut ternyata berpangkal pada perasaan “haus akan pengakuan.” Artinya, banyak anggota dari berbagai kelompok kategorial di paroki itu yang mencari pengakuan dengan melibatkan diri secara aktif dalam kelompok masing-masing, dengan harapan kelompoknya mendapat pujian atau reward dari dewan paroki. Bukti adanya reward itu dilihat dari misalnya sering diminta bertugas kor, dijadikan acuan sebagai kelompok teraktif, diberi macam-macam tanggung jawab, dan sebagainya. Di permukaan, aktivitas menggereja memang tampak menjadi hidup, tetapi semangat yang mendasari keaktifan itu jelas tidak sehat. Alhasil, dalam suatu momen, diadakanlah rekonsiliasi bersama sambil diberi pengajaran tentang hakikat Gereja yang satu.
Sabda Yesus dalam Injil hari ini menyadarkan kita tentang pentingnya kesadaran akan ikatan yang satu dalam Gereja Katolik. Aktivitas menggereja yang kita sumbangkan semestinya bukan semata-mata demi pengakuan diri, tetapi sungguh murni sebagai jalan pengabdian kepada Allah. Tidak bisa dipungkiri bahwa kelompok-kelompok dalam Gereja ada yang seperti “mati suri,” tetapi ada juga yang sungguh “lincah dan cekatan” dalam berkegiatan. Berhadapan dengan realitas seperti itu, kita harus senantiasa hati-hati dengan sikap cemburu, sebab kecemburuan sering kali datang melalui mekanisme yang beragam. Kita harus bisa Kristus. Segala aktivitas menggereja kita bukan bermuatan demi “peng-aku-an,” melainkan sungguh “pengakuan” atas kasih Allah yang menyejarah.
Semoga kita bisa memurnikan diri dalam beraktivitas menggereja agar terhindar dari kungkungan kecemburuan. Mari kita menyadari bahwa kesatuan Gereja adalah prinsip utama yang wajib diperjuangkan. Justru ketika kelompok kategorial yang kita ikuti sudah sedemikian berkembang, kita seharusnya tergerak untuk membantu kelompok kategorial lain agar juga mampu tumbuh dan berkembang demi semakin hidupnya Gereja di mana kita tinggal.