Menerima Usia Lanjut pada Zaman Alkitab dan Sekarang (1)

265

Ketika belum berumur 55 tahun, saya pernah diminta mendampingi retret sekelompok biarawati medior dan senior tentang tema semacam ini. Saya sampai hari ini mengenangnya sebagai kesempatan bagus untuk jauh hari mengantisipasi apa yang sekarang sudah tiba, yakni usia lanjut. Bagi Anda yang masih medior atau bahkan yunior, jangan mengabaikan kesempatan hari ini untuk mengantisipasi pula apa yang mudah-mudahan nanti bisa tercapai. Selain itu, sekarang juga Anda sudah dipanggil untuk mendampingi senior bila mengalami kesulitan untuk menerima hari tuanya.

Mengambil sikap terhadap karikatur manula

Masyarakat memiliki gambaran tentang kaum lanjut usia (lansia) yang ada kalanya mengandung unsur-unsur karikatur. Kaum lansia hendaknya tidak terbawa olehnya.

Apakah rambut putih harus menekan kaum lansia sebagai image negatif yang perlu disembunyikan? Ataukah sebaiknya mereka berani menerimanya secara positif sebagai tanda yang mulia?

Apakah manusia usia lanjut (manula) perlu mati-matian memerangi setiap kerut penuaan di wajahnya dan akhirnya kalah? Dapatkah mereka menghargainya sebagai peralihan yang sementara kepada yang lebih mulia?

Apakah, sebagai orang lansia, saya mesti merasa tertekan karena tuduhan menyerap paling banyak ongkos medis? Ataukah justru saya seharusnya merasa terhibur oleh kenyataan bahwa banyak lansia ternyata tidak lagi menuntut terlalu banyak bagi diri mereka?

Apakah saya tersinggung bila kaum lansia jarang ditampilkan dalam iklan di media massa? Ataukah saya malah boleh tersenyum karena dianggap sudah tidak dapat diiming-iming lagi oleh tipu daya advertizing?

Apakah saya tersinggung kalau orang muda menceritakan lelucon tentang manula atau bahkan make fun of me? Ataukah saya malah berusaha meningkatkan kemeriahan suasana dengan menambahi kisah-kisah itu?

Apalagi saya harus tunduk kepada ageism kronologis yang berpegang pada angka-angka tahun pensiun dan sebagainya, dengan segala prasangka dan stereotipnya, dengan segala penghinaan dan diskriminasinya? Ataukah saya justru yakin akan nilai usia lanjut yang tetap dihargai dan didukung?

Cara menerima usia lanjut tetap suatu pilihan bagi masing-masing pribadi. Moga-moga kaum lansia dapat membuat pilihan yang positif, dan kita dapat mendukung mereka untuk membuat pilihan itu.

(Bersambung)