Lukas 3:10-18
Orang banyak bertanya kepadanya: “Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?” Jawabnya: “Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian.” Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya: “Guru, apakah yang harus kami perbuat?” Jawabnya: “Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu.” Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: “Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?” Jawab Yohanes kepada mereka: “Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu.”
Tetapi karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias, Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.”
Dengan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak.
***
Hidup manusia begitu dinamis seperti roda yang terus berputar: kadang di atas, kadang di bawah. Begitu pula dengan perasaan dan pengalaman manusia. Ada saatnya manusia mengalami pengalaman yang menyenangkan, ada saatnya pengalaman yang menyedihkan. Ada saatnya orang merasa bersemangat, ada saatnya tidak bersemangat. Apa pun pengalaman dan perasaan itu selalu ada harapan bahwa akan ada sukacita di tengah kekecewan, kesedihan, dan kemalangan.
Ketika memulai perayaan Ekaristi hari Minggu ini, kita menyalakan lilin adven yang ketiga, yang berwarna merah muda. Di antara lilin-lilin dan warna liturgi ungu selama Masa Adven, warna merah muda ini menandakan harapan dan sukacita. Itulah sebabnya Minggu Adven Ketiga disebut juga Gaudete Sunday atau Minggu Sukacita.
Kita tetap berharap dan bersukacita sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paulus dalam bacaan kedua hari ini, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!” (Flp. 4:4-7). Di tengah penantian akan kedatangan sang Juru Selamat, kita diingatkan untuk tetap bersukacita, sebab penantian kita tidak akan pernah sia-sia. Penantian kita bukan penantian yang pasif atau yang hanya sekadar menunggu. Tuhan pasti datang! Penantian kita adalah penantian yang aktif, yang selalu bergerak, sehingga tentunya harus ada perubahan dalam hidup yang nyata.
Karena itu, pertanyaan para pemungut cukai dan prajurit-prajurit dalam bacaan Injil hari ini – “Apakah yang harus kami perbuat?” – juga menjadi pertanyaan kita. Jika Minggu sebelumnya kita sudah mendengarkan seruan Yohanes Pembaptis tentang pertobatan, hari Minggu ini kita diajak untuk tidak hanya mendengar, tetapi juga berbuat. Bertobat dan pembaruilah diri kita! Jangan menunda untuk bertobat, sebab Tuhan sudah dekat. Ingatlah bahwa pertobatan selalu membawa sukacita dan kedamaian. Pertobatan dan pembaruan diri akan membentangkan harapan dan perubahan yang lebih baik bagi siapa pun.
Nabi Zefanya dalam bacaan pertama (Zef. 3:14-18a) dengan sangat indah memberitahu kita, “Bersorak-sorailah, hai putri Sion, bergembiralah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai putri Yerusalem! Tuhan telah menyingkirkan hukuman yang dijatuhkan atasmu … engkau tidak akan takut kepada malapetaka lagi!” Dengan demikian, kita patut berharap dan bersukacita di tengah kekecewaan, kesedihan, kemalangan, dan penderitaan. Roda kehidupan terus berputar. Meski ada kekecewaan dan pengalaman yang tidak menyenangkan, tetap akan ada sukacita dan harapan karena pertobatan dan pembaruan diri. Mari bertobat dan memperbarui diri, sebab Tuhan sudah dekat.