Matius 18:12-14
“Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di surga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang.”
***
Mungkin kita pernah mengalami peristiwa kehilangan, seperti kehilangan barang, persahabatan, atau relasi. Semakin penting dan berarti hal yang hilang itu bagi kita, semakin kita bersedih hati dan berusaha untuk mendapatkannya kembali. Waktu bertugas sebagai misionaris di Thailand, saya bekerja di sebuah rumah penampungan orang sakit HIV/AIDS. Suatu ketika ada seorang karyawan yang kehilangan kalung emas yang sangat berharga baginya. Selain karena harganya yang memang mahal, kalung itu juga merupakan pemberian dari orang yang paling dikasihinya. Tentu saja ia sangat sedih. Sudah beberapa hari ia berusaha mencari kalungnya itu, sampai akhirnya merasa putus asa dan bercerita kepada saya.
Saya menyarankan agar dia berdoa melalui perantaraan Santo Antonius dari Padua. Dia berjanji kalau berhasil menemukan kalung itu, ia akan menyumbangkan gajinya sebulan untuk para pasien di rumah penampungan. Puji Tuhan, kalung itu akhirnya berhasil ditemukan di tempat yang tidak disangka-sangka. Sebagai ungkapan syukur, ia pun memenuhi nazarnya. Gajinya sebulan penuh ia sumbangkan untuk memenuhi kebutuhan para pasien HIV/AIDS.
Injil hari ini berbicara tentang domba yang hilang. Perumpamaan ini ditempatkan dalam konteks adanya penyesatan terhadap yang orang-orang yang percaya kepada Yesus (Mat. 18:6-11). Lebih dari sekadar barang yang hilang, Yesus di sini berbicara tentang seekor domba yang tersesat. Karena hanya seekor, orang mungkin cenderung tidak peduli dan membiarkannya hilang begitu saja. Namun, di mata Tuhan, semua amat berharga dan diperhitungkan. Ia tidak pernah membiarkan seorang pun hilang dan tersesat. Yang hilang dan tersesat akan Ia cari dan Ia tuntun kembali ke jalan yang benar.
Ingatlah perikop Injil ini ketika kita mendengar ada seseorang yang meninggalkan Tuhan dan memilih jalan yang salah. Jangan diam saja, jangan bersikap tidak peduli. Yang memprihatinkan, sudah menjadi rahasia umum bahwa pastor paroki tidak mengenal semua anggota parokinya, kita pun sebagai umat sering kali tidak mengenal satu sama lain. Kondisi ini harus kita ubah. Demi kemajuan bersama, mari berusaha mengenal sesama kita dan saling membantu manakala mengalami masalah dan kesusahan.