Lukas 21:34-36
“Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.”
***
Bacaan Injil hari ini menawarkan suatu ajakan untuk hidup baik dan saleh. Kesalehan dan kebaikan yang kita lakukan merupakan upaya konkret untuk mempersiapkan diri akan kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Pertanyaan “kapan Tuhan akan datang lagi?” sering kali muncul, tetapi jawabannya tidak akan pernah ada.
Berjaga-jaga. Itulah kata kunci untuk menjawab pertanyaan yang tentang saat kedatangan Tuhan. Itulah sikap iman yang paling tepat untuk mempersiapkan kedatangan Tuhan. Berjaga-jaga dilakukan dengan cara melakukan segala perbuatan yang baik dan saleh. Dalam bacaan Injil hari ini hal itu diungkapkan secara lugas, yaitu, “Jagalah dirimu supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi.” Segala macam tindakan baik yang kita lakukan dalam hidup sehari-hari ditempatkan sebagai cara kita untuk berjaga-jaga menyambut kedatangan Tuhan.
Lebih dari sekadar berjaga-jaga, kita juga diajak untuk mengupayakan kebaikan sebagai sikap yang muncul dari hati kita. Bayangkan para murid yang diberi tugas oleh seorang guru karena guru tersebut ada kepentingan tertentu sehingga harus pergi. Sebelum sang guru pergi, para murid tampak tekun mengerjakan tugas. Setelah guru itu pergi, para murid akan menampilkan wajah mereka yang sebenarnya. Ada yang memang tekun sehingga tetap mengerjakan tugas; ada yang malah pergi ke kantin untuk jajan; ada juga yang lalu mengobrol di dalam kelas. Ketika sang guru mendadak kembali ke kelas, semuanya akan ketahuan.
Berjaga-jaga merupakan satu langkah maju untuk meninggalkan kemunafikan. Namun, Allah menghendaki agar segala tindakan baik kita tidak hanya sekadar untuk berjaga-jaga. Semua tindakan baik harus lahir dari kedalaman hati setiap orang.
Pesta pora, kemabukan, dan kepentingan-kepentingan duniawi merupakan gambaran realitas kehidupan kita. Dunia ini menawarkan banyak kenikmatan. Apakah kita tidak boleh memikirkan kepentingan duniawi? Tentu bukan demikian maksud teks tersebut. Kita sesungguhnya diajak untuk waspada dan selalu mawas diri agar tidak larut dan hanyut di dalam kepentingan-kepentingan duniawi. Kita diajak untuk selalu mawas diri agar hidup dan iman kita tidak jatuh pada kepentingan duniawi saja.
Pada mulanya, orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ketika kebutuhan sehari-hari sudah tercukupi, orang bekerja untuk mempersiapkan masa depan. Ketika hal itu sudah terjamin, orang lalu bekerja untuk kebutuhan yang lain. Dalam perjalanan waktu, kebutuhan setiap orang tidak akan ada habisnya. Kebutuhan manusia selalu berkembang dan tanpa batas. Dalam realitas inilah, kita diajak mawas diri agar tidak larut pada kepentingan-kepentingan duniawi yang memang tidak perlu.