Model kerasulan di tengah arus individualisme
Dari uraian di atas, ada tiga sikap dan gaya pewartaan Paulus yang dapat dijadikan sebagai model bagi kita dalam mewartakan Injil di tengah arus individualisme. Pertama, pentingnya kerja sama dalam pewartaan Injil. Kesadaran ini tentu saja penting untuk dibangun, ditumbuhkan, dan dikembangkan di tengah gaya hidup modern yang semakin individualis dan di tengah mentalitas jemaat yang masih cenderung pastor sentris. Masih banyak anggota jemaat yang berpikir bahwa tugas dan misi pewartaan Injil itu dikhususkan untuk para misionaris, orang-orang tertahbis, dan para ahli. Pola pikir semacam ini jelas keliru karena tugas dan misi pewartaan Injil diperuntukkan bagi setiap orang kristiani, bagi seluruh anggota Gereja. Semua orang yang telah dibaptis dipanggil untuk berpartisipasi dalam tugas dan misi pewartaan Injil.
Kedua, sikap dan tindakan mengesampingkan hak-hak sebagai seorang rasul. Hal ini penting untuk melawan individualisme yang terlalu mengutamakan diri sendiri dan segala kepentingannya. Bagi Paulus, seorang pewarta Injil memang memiliki sejumlah hak untuk disokong oleh jemaat yang telah dilayani, tetapi semuanya itu ia kesampingkan. Pengabaian hak-hak sebagai seorang rasul itu dilakukannya karena tugas dan misi pewartaan Injil tidak lahir dari gagasan dan inisiatifnya sendiri, tetapi dari panggilan ilahi di jalan dekat Damsyik yang harus dipenuhinya.
Ketiga, kerelaan untuk menjadikan diri sebagai hamba Kristus dan hamba semua orang. Model sikap dan gaya hidup semacam ini penting untuk melawan individualisme. Dengan rela menjadikan diri sebagai hamba Kristus dan hamba semua orang, kita bisa belajar untuk lebih mementingkan dan berkorban bagi orang lain seperti yang dicontohkan oleh Yesus sendiri (bdk. Flp. 2:6-8) dan untuk tidak menjadikan diri dengan segala kepentingannya sebagai pusat dan tujuan hidup. Kita juga belajar untuk menjadi hamba atau pelayan bagi orang lain seperti yang diajarkan oleh Yesus sendiri. “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat. 20:26-28).***
Daftar Pustaka
Conzelmann, Hans. 1 Corinthians: A Commentary on the First Epistle to the Corinthians. Philadelphia: Fortress Press, 1975.
Hays, Richard B. First Corinthians: Interpretation, a Bible Commentary for Teaching and Preaching. Louisville: John Knox Press, 1997.
Lietaert Peerbolte L. J., Paul the Missionary. Leuven: Peeters, 2003.
Matera, Frank J. Romans. Grand Rapids: Eerdmans, 2010.
Montague, George T. First Corinthians. Grand Rapids: Eerdmans, 2011.
Schnabel, Eckhard J. Early Christian Mission: Paul & The Early Church. Downer Grove: InterVarsity Press, 2004.
Thiselton, Anthony C. 1 Corinthians: A Shorter Exegetical and Pastoral Commentary. Grand Rapids: Eerdmans, 2006.
Witherup, Ronald D. 101 Questions and Answers on Paul. New York: Paulist Press, 2003.
______, Saint Paul and the New Evangelization. Collegeville: Liturgical Press, 2013.