Paulus Melawan Arus Individualisme (9)

105

Demikian juga ketika berada di antara orang bukan Yahudi. Paulus menyesuaikan diri dengan kebiasaan mereka, terutama dalam soal makan dengan tanpa membeda-bedakan antara yang halal dan haram. Ia makan apa yang mereka makan, termasuk makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala-berhala. Hal ini dilakukan karena baginya Kerajaan Allah itu bukanlah soal makanan dan minuman, melainkan soal kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita dalam Roh Kudus (Rm. 14:17).

Paulus juga menyesuaikan diri dengan orang lemah. “Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat memenangkan mereka yang lemah” (1Kor. 9:22). Orang lemah (1Kor. 8:7-13; bdk. Rm. 14, 15) yang dimaksudkan di sini mengacu kepada orang kristiani Yahudi yang masih takut makan daging yang dipersembahkan kepada berhala karena dianggap sama dengan penyembahan berhala. Orang lemah semacam ini dihormatinya dengan tidak makan sesuatu jika apa yang dimakannya dapat membawa mereka ke dalam dosa. Mereka dihormatinya juga dengan tidak melakukan tindakan provokatif makan tanpa membeda-bedakan antara yang halal dan yang haram di depan mata mereka.

Kerelaan Paulus untuk menjadikan dirinya hamba dari dan bagi semua orang dimaksudkannya agar semakin banyak orang yang percaya kepada Yesus dan Injil-Nya. Maksud serupa ini diungkapkannya ketika mengadaptasikan diri dan bersikap solider dengan para pendengarnya yang berbeda latar belakang etnis dan budaya. Adaptasi dan solidaritas ini dilakukannya dengan maksud agar sebanyak mungkin orang diselamatkan dan dirinya mendapatkan berkat karena mewartakan Injil kepada semua bangsa.

(Bersambung)