Kerja sama dalam misi pewartaan Injil
Kerja sama dalam misi pewartaan Injil dijadikan model pertama dalam melawan arus individualisme yang tidak lagi peduli dengan orang lain. Model ini tidak ditemukan baru saja di abad modern, tetapi sudah ada sejak awal keberadaan Gereja. Surat-surat Paulus, yang ditulis sekitar pertengahan abad pertama, telah memperlihatkan pentingnya kerja sama dalam karya misi perwartaan Injil. Jadi, misi pewartaan Injil sejak awal memang bersifat kolaboratif.
Dalam menjalankan misi pewartaan Injil, Paulus – rasul besar bangsa bukan Yahudi – bekerja sebagai bagian dari sebuah tim. Baik dalam perjalanan misi maupun dalam kegiatan pastoral, ia menjalin kerja sama dengan rekan-rekan kerjanya. Ia tidak bekerja sendirian, tetapi didukung dan dibantu oleh rekan-rekan kerjanya dalam mendirikan dan membangun iman jemaat.
Istilah Yunani synergos digunakan oleh Paulus untuk melukiskan rekan kerjanya yang berpartisipasi dalam karya misi pewartaan Injil (Rm. 16:3, 9, 21; 1Kor. 3:9; 2Kor. 1:24; 8:23; Flp. 2:25; 4:3; Kol. 4:11; 1Tes. 3:2; Flm. 24).[1] Istilah rekan kerja dipakainya untuk orang yang mengambil bagian dalam perjalanan dan karya misi pewartaan Injil, yang membantu dalam mendirikan dan membangun iman jemaat, dan yang diutusnya ketika dia tidak bisa mengunjungi jemaat.[2]
Ada sejumlah orang yang disebut oleh Paulus sebagai synergos, seperti Timotius (1Tes. 3:2; Rm. 16:21), Titus (2Kor. 8:23), Filemon (Flm. 1), Markus, Aristarkhus, Demas, dan Lukas (Flm. 24), Epafroditus (Flp. 2:25), Akwila (Rm. 16:3), Urbanus (Rm. 16:9), dan lain sebagainya. Beberapa nama rekan kerja dihubungkan dengan perjalanan misi bersamanya, seperti Barnabas, Yohanes Markus, Silas, Lukas, Silas/Silwanus, Timotius, Erastus, Sopater, Aristarkhus, Sekundus, Gayus, Tikhikus, Trofimus, Epfras, dan masih banyak nama lain lagi. Nama-nama rekan kerja yang disebutkan baik dalam surat-surat Paulus maupun dalam Kisah Para Rasul itu sangat mungkin direkrutnya sendiri untuk terlibat dalam perjalanan dan karya misi pewartaan Injil bersamanya.[3]
(Bersambung)
[1] L.J. Lietaert Peerbolte, Paul the Missionary (Leuven: Peeters, 2003), 230.
[2] Frank J. Matera, Romans (Grand Rapids: Eerdmans, 2010), 340-341.
[3] Eckhard J. Schnabel, Early Christian Mission: Paul & The Early Church (Downer Grove: InterVarsity Press, 2004), 1437.