Kita kini berada dalam zaman individualisme yang menganggap diri sendiri lebih penting daripada orang lain. Perhatian kita difokuskan hanya pada diri sendiri; kita menjalani hidup semata-mata untuk diri sendiri. Kita hanya berpikir apa yang terbaik bagi diri sendiri dan tidak peduli akan orang lain. Kita juga tidak lagi peduli dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Kita bahkan tidak lagi merasa perlu mengenal dan bergaul dengan tetangga.
Nilai-nilai injili apa yang dapat ditawarkan untuk melawan arus individualisme? Kami menawarkan gaya pelayanan dan pewartaan Paulus sebagai model karena dia memang sering meminta jemaatnya untuk meniru teladannya dan rekan-rekannya (1Tes. 1:6; 1Kor. 4:16; 11:1; Flp. 3:17). Permintaan ini tidak perlu dilihat sebagai ungkapan kesombongan diri, melainkan bentuk tuntunan dan bimbingan bagi jemaat. Hal ini bisa disejajarkan dengan orang tua yang berusaha memberi contoh yang baik bagi anak-anaknya (1Kor. 4:14-17).[1] Dari berbagai model gaya pelayanan dan pewartaan Paulus yang bisa disoroti, kami di sini hanya menawarkan tiga. Pertama, kerja sama dalam misi pewartaan Injil. Kedua, mengesampingkan hak-hak sebagai seorang rasul. Ketiga, menjadikan diri sebagai hamba Kristus dan hamba semua orang.
(Bersambung)
[1] Ronald D. Witherup, 101 Questions and answers on Paul (New York: Paulist Press, 2003), 49-50.