Hati yang Pantas

Kamis, 23 Agustus 2018 – Hari Biasa Pekan XX

191

Matius 22:1-14

Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: “Hal Kerajaan Surga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.

Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.”

***

Injil Matius yang kita renungkan hari ini mengisahkan perumpamaan tentang perjamuan kawin. Kisahnya dimulai saat sang raja mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia mengundang seluruh warga, tetapi banyak yang tidak bisa datang karena sibuk dengan urusan mereka sendiri. Ada yang berladang, ada pula yang mengurus kepentingan-kepentingan yang lain.

Akhirnya, raja memerintahkan agar semua orang diundang, tua muda, kaya miskin, juga orang baik dan orang jahat. Namun, ada bagian yang menarik. Saat ada orang yang datang tanpa mengenakan pakaian yang layak, raja memerintahkan agar orang itu diusir.

Hari ini sesungguhnya kita diingatkan untuk memeriksa diri kita sendiri: apakah kita sudah mempersiapkan hati agar pantas untuk berjumpa dengan Tuhan?

Merefleksikan hal ini, saya teringat akan pengalaman saya di dalam pengakuan dosa. Ini adalah pengalaman yang luar biasa karena di situ saya mendengarkan pribadi-pribadi yang ingin bersua dengan Tuhan secara pantas dengan berusaha memperbaiki diri. Gratia status sebagai seorang imam ini sebenarnya tidak layak saya terima. Namun, jika Tuhan hendak menggunakan diri saya, saya tidak berkeberatan membiarkan diri saya ini menjadi perantaraan rahmat-Nya. Saya siap menjadi alat-Nya.

Doa dari Romo Sindhunata berikut ini mengantar saya untuk berharap semoga saya semakin pantas menjadi alat Tuhan, “Tuhan yang Mahakuasa, Kau selalu memandangku. Dari-Mu sendiri, Kau memulai segalanya. Pada-Mu sendiri pula Kau kembalikan semuanya. Tak ada suatu pun dalam diriku dapat membuat-Mu mencintai aku, atau memaksa-Mu menginginkan aku. Sebab sebelum aku ada, Kau telah mencintaiku dengan cinta yang tiada kunjung habis sejak semula. Dan kini menyala dalam lubuk hidupku, cinta-Mu yang bebas tiada batasnya.”

Marilah kita bertanya pada diri kita sendiri: sudahkah kita mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh agar pantas bersua dengan Tuhan?