Mengembangkan Diri dengan Sungguh-sungguh

Sabtu, 1 September 2018 – Hari Biasa Pekan XXI

177

Matius 25:14-30

“Sebab hal Kerajaan Surga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lubang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil darinya. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”

***

Paulus menasihati jemaat di Korintus untuk menyadari situasi dan keadaan awal mereka masing-masing sebelum mengenal Kristus (bacaan pertama hari ini, 1Kor. 1:26-31). Ia mengingatkan mereka akan pelbagai keterbatasan dan kekurangan itu bukan untuk membuat mereka rendah diri, minder, tidak berani, dan mundur, tetapi justru untuk memacu kesadaran mereka agar bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan.

Tindakannya Paulus itu juga dimaksudkan untuk mengingatkan jemaat bahwa sudah saatnya bagi mereka untuk bekerja lebih serius demi Tuhan, bukan demi kemegahan diri mereka sendiri. Karena itu, Paulus menasihati jemaat untuk senantiasa rendah hati, tidak menyombongkan diri, dan lebih memprioritaskan pengabdian-pengabdian yang ditujukan demi kemuliaan Allah. Dari masa lalu yang penuh keterbatasan, dosa, kesalahan, kebodohan, kekurangan, dan keterbelakangan, semua orang dipanggil dari diberi berkat oleh Allah untuk mengerjakan hal-hal besar demi kemuliaan nama-Nya.

Semangat inilah yang juga dimaksudkan Yesus dalam kisah-Nya tentang talenta. Dalam kisah perumpamaan ini, Yesus menekankan pentingnya kesadaraan untuk bersyukur. Perumpamaan ini juga bermaksud mendorong orang agar mengembangkan dirinya secara maksimal sebagai cara menghargai anugerah Allah.

Masing-masing orang keadaannya berbeda, tetapi semuanya dipanggil dan didorong secara sama untuk mengembangkan segala sesuatu yang telah diberikan Tuhan kepada mereka. Talenta-talenta itu mesti dikembangkan agar berlipat ganda dan tujuannya adalah untuk semakin memuliakan Tuhan. Jumlah talenta yang dimiliki tiap-tiap orang bisa berbeda, tetapi dalam diri kita semua hendaknya ada semangat yang sama, yakni untuk mengembangkan anugerah itu dengan sungguh-sungguh. Itulah panggilan dan undangan dari Allah kepada kita semua.