Jangan Menolak Kehadiran Allah

Jumat, 3 Agustus 2018 – Hari Biasa Pekan XVII

331

Matius 13:54-58

Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: “Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mukjizat-mukjizat itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.” Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mukjizat diadakan-Nya di situ.

***

Dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, kadang-kadang kita menjumpai pengalaman yang kurang menyenangkan, di mana pertanyaan, tanggapan, atau sikap kita ternyata tidak ditanggapi oleh pihak lain. Kita menyapa seseorang, tetapi orang itu tidak peduli. Kita memberi senyum dan salam dan senyum kepada orang lain, tetapi orang itu malah menganggap kita sok kenal dan sok dekat. Serba salah!

Jangan sedih, marah, atau sakit hati ketika orang lain bersikap seperti itu kepada kita, apalagi kalau sikap itu mereka tunjukkan ketika kita melakukan kebenaran atau ketika kita mewartakan sabda-sabda Allah. Para nabi, bahkan Yesus sendiri, juga pernah mengalami hal yang sama. Mereka diabaikan dan diremehkan oleh orang-orang yang mereka sapa.

Ada pelbagai macam penyebab mengapa orang tidak memberikan tanggapan positif terhadap pewartaan, nasihat, maupun teguran dari pihak lain. Bisa jadi ia memang pribadi yang tidak suka ditegur, bisa jadi pula ia lebih dahulu melihat pribadi orang yang menegur. Ketika sosok orang yang menegur ternyata di luar harapannya, teguran dan nasihat orang itu dengan segera ia anggap tidak penting.

Itulah yang dialami Yesus dalam bacaan Injil hari ini. Ia ditolak oleh orang-orang sekampung-Nya karena alasan latar belakang keluarga. Sikap itu kemudian merugikan orang-orang itu sendiri, sebab Yesus lalu tidak mengerjakan banyak mukjizat di situ. Pelajaran bagi kita semua: jangan sampai kita mengabaikan dan meremehkan sabda-sabda Tuhan. Sikap itu hanya akan menjauhkan diri kita dari kasih dan kemurahan hati Allah.