Matius 13:16-17
“Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”
***
Matius 13 berisi khotbah Yesus yang disampaikan dalam tujuh perumpamaan (tujuh adalah angka yang melambangkan kesempurnaan). Lewat perumpamaan-perumpamaan tersebut, Yesus berupaya mengajarkan misteri Kerajaan Allah.
Sifat misteri membuat perumpamaan-perumpamaan itu dipahami secara berbeda oleh para pendengar-Nya. Orang banyak yang selalu saja berharap pada Mesias dan kerajaan-Nya yang mulia dan jaya tidak akan memahami maksud perumpamaan-perumpamaan itu. Sebaliknya, para murid yang sudah mengalami hidup bersama Yesus, mendengar pengajaran-Nya, dan menyaksikan karya-Nya akan memahami pesan perumpamaan-perumpamaan-Nya. Itulah sebabnya mereka disapa “berbahagia.”
Pertama, para murid disebut “berbahagia” karena mereka dapat melihat wujud Kerajaan Allah dalam karya Yesus. Tentu yang dimaksudkan bukan perasaan subjektif para murid. Allah sendirilah yang berkenan membuka rahasia-Nya kepada mereka. Para murid “melihat.” Ini berarti mereka dimampukan dan diajarkan untuk dapat memahami dan menerima bahwa Allah tengah hadir dan memerintah lewat sabda dan karya Yesus.
Kedua, para murid disebut “berbahagia” karena mereka dapat mendengar sabda Yesus sebagai sabda yang menyelamatkan. Hal itu memampukan para murid untuk mengubah cara hidup dan pola pikir mereka. Para murid “mendengar.” Ini berarti mereka dimampukan dan diajarkan untuk dapat menaati sabda Tuhan yang mengubah hidup mereka.
Itulah dua privilese para murid Kristus dulu dan kini. Yang membuat para murid layak disebut “berbahagia” bukanlah status, jumlah, kemegahan Gereja, liturgi, atau tata organisasi. Kita berbahagia karena menjadi anggota “lingkaran dalam.” Kita hidup bersama Yesus, menjadi saksi mata dan telinga tentang semua sabda dan karya-Nya. Menjadi tugas kita semua untuk meneruskan apa yang kita dengar tentang Dia kepada orang lain, serta melanjutkan apa yang kita lihat tentang kasih-Nya kepada manusia. Dengan demikian, “kebahagian” yang kita peroleh dari Allah dapat kita bagikan kepada sesama di sekitar kita.