Distribusi
Supaya dapat sampai ke tangan umat sehingga dapat dibaca, Kitab Suci harus didistribusikan. Dalam Gereja Katolik, distribusi Kitab Suci ditangani oleh Lembaga Biblika Indonesia (LBI), yang praktis menjadi tangan Gereja untuk mengurusi kerasulan Kitab Suci secara keseluruhan. Bagi umat di Pulau Jawa tidak ada masalah besar berkaitan dengan distribusi ini: Kitab Suci dapat diperoleh dengan mudah dan dengan harga yang relatif terjangkau bagi umat pada umumnya. Namun, keadaan di luar Pulau Jawa, lebih-lebih di pelosok, jauh berbeda. Pengiriman Kitab Suci ke tempat-tempat ini mengalami banyak kesulitan, misalnya saja bahaya tenggelam karena Kitab Suci diangkut dengan kapal ekspedisi. Selain itu, ongkos kirim (dengan jasa kirim yang paling murah sekalipun) tetap tinggi, sehingga di banyak tempat ongkos kirim lebih tinggi dari harga Kitab Sucinya sendiri. Akibatnya, harga Kitab Suci di tempat-tempat terpencil menjadi sangat mahal.
Ajakan untuk membaca
Sesudah memiliki Kitab Suci, umat yang selama ini tidak pernah membaca Kitab Suci perlu diajak untuk membacanya. Mengajak orang untuk membaca Kitab Suci sampai mereka terbiasa bukanlah pekerjaan yang mudah. Bagi banyak orang Katolik, Kitab Suci masih merupakan buku baru, bahkan asing, walaupun kitab itu tersimpan di rumah mereka. Berbagai cara harus dilakukan supaya orang tertarik untuk mulai membuka Kitab Suci dan membacanya.
Satu hal yang perlu disampaikan untuk memotivasi umat adalah dengan menunjukkan mengapa orang Katolik perlu membaca Kitab Suci. Kalau orang Katolik ditanya apakah Kitab Suci itu penting atau tidak, besar kemungkinan mereka akan menjawab bahwa Kitab Suci itu penting. Namun, kalau kemudian ditanya lebih lanjut, “Kalau memang penting, mengapa tidak dibaca?”, maka jawabannya bisa beragam: sulit, membosankan, sudah tahu intinya, dan sebagainya.
Untuk mengajak umat membaca Kitab Suci, para pelayan sabda dapat menunjukkan apa pentingnya membaca Kitab Suci. Kalau orang sadar akan hal ini diharapkan mereka dapat mengatasi rasa bosan dan rasa enggan (sebab mereka merasa bahwa Kitab Suci sulit dipahami), lalu mulai menikmati membaca Kitab Suci.
(Bersambung)