Memikirkan Hal Jahat

Kamis, 5 Juli 2018 – Hari Biasa Pekan XIII

165

Matius 9:1-8

Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: “Ia menghujat Allah.” Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” — lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu –: “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itu pun bangun lalu pulang. Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.

***

Salah satu kekhasan manusia adalah kekuatan pikirannya. Badan boleh saja dipenjara, tetapi siapa yang bisa membelenggu pikiran manusia? Orang bisa mempengaruhi orang lain kalau ia bisa mengontrol pikiran orang itu. Itulah yang dilakukan oleh para perekrut teroris. Dengan berbagai macam metode, mereka mencuci otak para “pengantin,” sehingga akhirnya mereka siap untuk menebarkan teror.

Pikiran bisa dikembangkan untuk memunculkan ide-ide kreatif yang berguna bagi kesejahteraan banyak orang. Penemuan-penemuan baru, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berkembangnya aneka budaya tidak lepas dari ide-ide kreatif manusia. Sebaliknya, pikiran juga bisa digunakan untuk merancang hal-hal buruk, menciptakan kejahatan, dan bahkan untuk melenyapkan yang lain.

Itulah yang dilakukan oleh beberapa ahli Taurat sebagaimana kita temukan dalam Injil hari ini. Mereka ditegur oleh Yesus, “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?” Ahli-ahli Taurat itu melihat kebaikan-kebaikan yang dilakukan Yesus. Saat itu, mereka memang sedang mengawasi Yesus. Namun, mereka sudah mempunyai pikiran bahwa Yesus pasti salah. Karena itu, ketika Yesus menyatakan, “Dosamu sudah diampuni,” ahli-ahli Taurat langsung berpikir dalam hati bahwa Ia menghujat Allah, sebab hanya Allah yang bisa mengampuni. Pikiran buruk mereka dikritik langsung oleh Yesus, dan dijawab dengan kebaikan, yaitu dengan menyembuhkan si orang lumpuh.

Kita semua dianugerahi pikiran dan akal budi. Kita juga dianugerahi kebebasan dalam menggunakan pikiran dan akal budi tersebut. Daripada memikirkan hal-hal jahat yang membawa kita pada kebinasaan, mari kita kembangkan pikiran-pikiran positif yang membawa kebaikan.