Problem Kesetiaan: Belajar dari Nabi Hosea (10)

227

Kalau orang ingin dapat berenang, ia tidak bisa hanya mendengar penjelasan tentang cara berenang. Ia harus masuk ke dalam air yang cukup dalam, lalu melatih gerakan tangan dan kaki secara berulang-ulang. Kadang-kadang orang itu bahkan tenggelam dan terpaksa menelan air sebelum akhirnya ia dapat berenang. Lama-kelamaan berenang menjadi sangat mudah baginya dan ia lupa dengan sulitnya belajar berenang. Ia dapat berenang dengan mahir ketika masuk ke dalam air yang dalam, entah itu di kolam renang, entah itu di laut.

Tuhan telah mengajarkan kepada kita banyak hal tentang kesetiaan dalam menjalani kehidupan perkawinan: tentang kesetiaan dalam untung dan malang, tentang kesetiaan sampai maut memisahkan, dan sebagainya. Sering kali tidak disadari bahwa dalam banyak kesempatan, Tuhan melatih suami atau istri untuk menjadi setia. Orang terbukti setia pada pasangan hidupnya bukan ketika pasangannya itu berlaku atau dalam keadaan seperti yang diharapkannya, tetapi ketika ia berlaku atau dalam keadaan berbeda dari yang diharapkannya.

Misalnya, ketika seorang suami harus menghadapi istri yang sedang sakit. Ia terbukti setia bila tetap merawat istrinya itu dan tidak berpaling pada perempuan yang lain. Jadi, bisa jadi keadaan sakit si istri menjadi kesempatan yang dipergunakan Tuhan untuk melatih si suami agar setia pada pasangannya. Ketika muncul  orang lain yang menurut suami atau istri lebih menarik atau lebih baik daripada pasangan hidupnya, bisa jadi pada waktu itulah Tuhan sedang melatih suami atau istri itu untuk setia pada pasangan hidupnya. Pada waktu yang sama, Tuhan menghendaki agar suami atau istri berlaku seperti Dia sendiri: setia dan penuh kasih.

(Bersambung)